Selasa, 09 Januari 2018

KELOMPOK SOSIAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN

MAKALAH KELOMPOK SOSIAL DALAM DUNIA PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai mahluk sosial tentu manusia tidak dapat hidup sendiri. Mereka akan saling ketergantungan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati.
Hubungan kesinambungan antara manusia dengan manusia lainnya akan menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial terjadi hubungan antar manusia (lebih dari 1 pelaku). Proses tersebutlah yang mejadi awal terbentuknya kelompok sosial. . Pelakunya lebih dari satu.
Sebagai makhluk sosial kita pasti melakukan bahkan membutuhkan interaksi sosial dengan orang lain karena dalam kehidupan ini mustahil kita bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam interaksi yang terjadi dikalangan masyarakat tersebut secara sengaja maupun tidak sengaja  maka akan membentuk kelompok sosial mulai dari kelompok sosial yang terkecil yaitu keluarga sampai dengan kelompok sosial yang sangat kompleks. Kelompok sosial itu terbentuk karena adanya kesamaan kepentingan, sejumlah tujuan, serta untuk memenuhi peran sosial yang kita terima sebagai anggota masyarakat. Kelompok memainkan peran yang sangat penting dalam struktur sosial. Oleh karena itu dalam makalah ini kelompok kami akan membahas serta mengidentifikasi sedikit mengenai  kelompok sosial yang tentunya dalam dunia pendidikan.

B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimanakah konsep dari kelompok sosial ?
  2. Bagaimanakah kelompok sosial dalam dunia pendidikan ?



 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Kelompok Sosial
  1. Pengertian Kelompok Sosial
Sejak individu di lahirkan di dunia ini selalu di lingkupi oleh benda-benda. Di samping itu juga di lahirkan di dalamdunia sosialdari organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok yang masing-masing mempunyai pola tingkah laku sendiri-sendiri. Terjadilah interaksi dengan individu-individu yang lain di dalam kelompok organisasi tersebut, sehingga membentuk individu menjadi seseorang dan mengubah  sifat-sifat aslinya. Melalui kelompok itulah individu dapat memuaskan keseluruhan kebutuhan yang fundamental dan memperoleh kesempurnaan yang terbesar. Akan tetapi sebaliknya, melalui kelompok ini pula dapat merasakan kekecewaan da mengalami kesulitan-kesulitan yang amat sangat. Mausia sebagai makhluk sosial yang mempunyai sisi individualtas hidup dalam dan dengan kelompok sosial. Kelompok manusia itu merupakan gejala universal. Manusia tidak mungkin hidup tanpa kelompok, justru kelompok sosiallah yang menjadikan manusia dapat tumbuh dan bekembang sebagaimana wajarnya. Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari beberapa individu sebagai anggota kelompok di mana individu-individu tadi mempunyai status atau peranan tertentu dan dalam unit sosial tadi berlakulah serangkaian norma-norma yang mengatur tingkah laku kelompok.[1]
Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong. Akan tetapi timbul suatu pertanyaan , apakah setiap himpunan manusia dapat di namakan kelompok sosial, untuk itu di perlukan beberapa persyaratan tertentu, antara lain :
  •     Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
  •      Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
  •     Ada suatu fatktor yang di miliki bersama sehingga hubungan antar mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, dll. 
  •      Berstruktur, berakidah dan mempunyai pola perilaku.
  •      Bersistem dan berproses.[2]

  1. Ciri-ciri Kelompok Sosial
Kelompok sosial memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang sedemikian rupa sehingga berpengaruh terhadap proses interaksi pada tiap pergaulan hidup. Interaksi sosial adalah suatu proses pengaruh mempengaruhi antar individu dalam suatu pergaulan. Menurut Sheriff terdapat empat ciri kelompok yang berperan dalam proses interaksi sosial antara lain :[3]
  1. Adanya dorongan pada individu-individu sehingga terjadi interaksi sosial.
  2. Akibat interaksi yang berlainan karena terjadi reaksi yang berbeda yang disebabkan kecakapan yang berbeda dan individu yang terjalin dalam interaksi sosial; sehingga kemudian terbentuk organisasi, struktur dan norma-norma sosial, dalam suatu kelompok tertentu yang memiliki kekhasan masing-masing.
  3. Pembentukan dan penegasan straktur organisasi kelompok yang jelas, terdiri atas peranan dan kedudukan sosial, herarkis yang semakin berkembang dalam usaha pencapaian tujuan. Kemudian disusul dengan terjadinya pemisahan yang jelas antara usaha dan orang-orang yang termasukingroup and outgroup.
  4. Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok dalam normalisasi tujuan kelompok.

  1. Klasifikasi Kelompok sosial
Cooley (1909: 23) mempergunakan dasar we and the group dari Summer yang mengemukakan adanya jenis-jenis kelompok sosial yaitu : sosial primer, sekunder dan tersier, atas dasar intimitas perasaan-perasaan individu terhadap individu-individu atau kelompok-kelompok lainnya.
Pertama, kelompok prmer atau the primary group dalah suatu kelompok yang mempunyai rasa ikatan uang terkuat dalam relasi intra-group. Di dalam kelompok primer, rasa ke-kami-an atau we feeling merupakan ekspresi yang fundamental dan natural.
Kedua, kelompok sekunder atau secondary group. Pada kelompok sekunder terdapat hubungan-hubungan kausalitas,artinya ada sebab akibat tertentu yang menyebabkan terbentuknya kelompok. Hubungan sosial pada kelompk sekunder ini biasanya mempunyai bentuk organisasi dan mempunyai peraturan-peraturan yang tegas pada organisasi itu.
Ketiga, kelompok tersier atau tertiery group, kelompok tersier ini mempunyai sifat sementara atau insidental. Mungkin mereka sempat berkenalan sebagian satu sama lain tetapi kesempatan berhubungan hanya ketika itu saja. Di dalam kelompok tersier initidak ada aturan-aturan yan mengatur hubungan sosial di antara individu-individunya.[4]
Dalam membicarakan kelompok-kelompok sosial, haruslah di hindari paham prasangka bahwa kelompok-kelompok sosial merupakan lawan induvidu, keduanya hanya dapat di mengerti bila di pelajari di dalam hubungan antara yang satu dengan yang lain (sebagai pasangan). Pengertian tersebut sangat penting untuk mencegah terjadinya pendapat-pendapat yang menyatakan bahwa bentuk-bentuk kelompok sosial tertentu seperti publik dan kerumunan merupakan ancaman terhadap kesejahteraan invidu. Juga harus di hindari prasangka bahwa kelompok-kelompok sosial semata-mata di timbulkan oleh naluri manusia untuk selalu hidup dengan sesama, kelompok-keompok sosial tersebut juga merupakan bentuk kehidupan yang nyata. Pendapat yang mungkin tidak benar ini haruslah di hindari, apabila kelompok sosial hendak di telaah dengan senetral mungkin, tanpa prasangka.[5]

B.     Kelompok Sosial dalam Dunia Pendidikan
Pendidikan seringkali disamaartikan hanya dengan istilah pengajaran atau pelatihan, bahkan lebih banyak disempitkan menjadi sekolah.
Pendidikan merupakan suatu proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi manusia agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakuakan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Proses mendidik itu tidak hanya terjadi di sekolahan, tapi juga di keluarga dan masyarakat.[6] Maka dari itu, sekolah, keluarga dan masyarakat merupakan suatu kelompok sosial yang tentunya dalam aspek pendidikan. Karena dalam sekolah, keluarga dan masyarakat terjadi suatu hubungan timbal balik dan interaksi satu sama lain serta adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan yang tentunya dalam pembahasan pendidikan.

  1. Masyarakat Ajang Pendidikan
Masyarakat di ciptakan sebagai makhluk individu, akan tetapi juga homosocius (makhluk sosial) di mana mereka tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk perikehidupan yang berbudaya di sebut masyarakat.[7]
Proses pendidikan dapat berlangsung karena adanya “sarana” yang dapat mendukung dan menjadi ajang berlangsungnya pendidikan. Yang di maksud dengan sarana dan ajang tersebut adalah masyarakat. Masyarakat dapat di pandang dalam arti makro dan mikro. Kedua jenis ini perlu mendapatkan perhatian dalam pendidikan karena peserta didik di dalamnya. Yang di maksud dengan masyarakat dalam arti mikro adalah keluarga. Masyarakat makro meliputi seluruh negara sampai pada masyarakat global. Masyarakat global perlu mendapat perhatian untuk di telaah karena dewasa ini telah berlangsung peristiwa-peristiwa ini baru yang di rangkum yang di namakan globalisasi.[8]

  1. Keluarga
Keluarga merupakan tempat bagi masing-masing dari kita belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Ketika kita datang ke dunia kita sudah siap untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Selama satu tahun pertama hidup,ketika kisaran dari perilaku-perilaku yang nyata dan terbatas, bayi manusia sangat sensitif terhadap suara-suara tertetu, ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang di lakukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.[9] Keluarga juga merupakan lingkungan pertama bagi anak yang memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama di kenalkan pada anak, atau dapat di katakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial itu pertama-tama di lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan keluarga yang lain menyebabkab bahwa seorang anak menyadari akan dirinya bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai individu dia harus memenuhi segala kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di dunia ini. Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama yaitu saling menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat ini yang memperkenalkan adalah orang tuanya, yang akhirnya di miliki oleh anak-anak itu.[10]
Dalam pendidikan, keluarga adalah salah satu pusat pendidikan. Bahkan di sebut sebagai pusat pendidikan pertama dan utama. Tugas dan kewajiban keluarga adalah memberikan pendidikan nilai-nilai spiritual keagamaan, pengetahuan, dan ketrampilan dasar kepada peserta didik (anak).[11]

  1. Sekolah
Sekolah adalah pusat pendidikan setelah keluarga. Selain perlu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara umum, sekolah juga perlu di anggap sebagai keluarga kedua. Jadi, sebagian dari kehidupan sekolah adalah eksistensi dari kehidupan keluarga. Karena kehiupan dalam keluarga di harapkan dapat sejalan dengan masyarakat yang sifat antara para anggotanya homogen (sifat yang sama), maka pun perlu mencerminkan adanya ekstensi masyarakat. Oleh karena itu, di sekolah pun perlu adanya keterjalinan rasa cinta dan rasa percaya antara guru atau pengajar dengan para siswanya. Hal ini merupakan gambaran mengenai upaya agar pendidikan itu berhasil setelah melewati interaksi pendidikan dan pengajaran sebagai proses yang positif antara guru atau pengajar dengan para siswanya.[12]
Di sekolah anak berinteraksi dengan guru-guru beserta bahan-bahan pendidikan dan pengajaran, teman-teman peserta didik lainnya, serta pegawai tata usaha. Anak memperoleh pendidikan  di sekolah berupa pembentukan nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan, dan lain-lain akibat bersosialisasi dengan pendidikan formal terbentuklah kepribadiannya untuk tekun dan rajin belajar untuk meraih cita-cita akademis yang setinggi-tingginya. Sebalik nya akibat berinteraksi dengan teman-teman sekolahnya yang kurang tertib, ,aka terpengaruhlah kepribadian nya menjadi kurang tidak produktif dalam belajar.[13]



 BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Mausia sebagai makhluk sosial yang mempunyai sisi individualtas hidup dalam dan dengan kelompok sosial. Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari beberapa individu sebagai anggota kelompok di mana individu-individu tadi mempunyai status atau peranan tertentu dan dalam unit sosial tadi berlakulah serangkaian norma-norma yang mengatur tingkah laku kelompok. Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.
Di namakan kelompok sosial, untuk itu di perlukan beberapa persyaratan tertentu, antara lain : Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan, ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya, ada suatu fatktor yang di miliki bersama sehingga hubungan antar mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, berstruktur, berakidah dan mempunyai pola perilaku, serta bersistem dan berproses.
Jenis-jenis kelompok sosial yaitu : sosial primer, sekunder dan tersier, atas dasar intimitas perasaan-perasaan individu terhadap individu-individu atau kelompok-kelompok lainnya.
Kelompok sosial dalam dunia pendidikan adalah sekolah, keluarga dan masyarakat. Karena dalam sekolah, keluarga dan masyarakat terjadi suatu hubungan timbal balik dan interaksi satu sama lain yang tentunya dalam aspek pendidikan.




DAFTAR PUSTAKA

Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta
Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Media Centre, Surabaya
Drs.A.H. Kahar Usman , M.Pd, Sosiologi Pendidikan, STAIN Press, Kudus,2009
H. Khairuddin, SOSIOLOGI KELUARGA, LIBERTY, Yogyakarta, 2002
Prof. Dr. Soejono Soekanto dan Dra. Budi Sulistyowati, M.A., SOSIOLOGI Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2003



[1] Drs.A.H. Kahar Usman , M.Pd, Sosiologi Pendidikan, STAIN Press, Kudus,2009,hal. 67-68
[2] Prof. Dr. Soejono Soekanto dan Dra. Budi Sulistyowati, M.A., SOSIOLOGI Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, Cet.45, hal.101
[3] Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2003, hal. 49
[4] Drs.A.H. Kahar Usman , M.Pd, Sosiologi Pendidikan, STAIN Press, Kudus,2009, hal. 70-72
[5] Prof. Dr. Soejono Soekanto dan Dra. Budi Sulistyowati, M.A., SOSIOLOGI Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, Cet.45,hal.107
[6] https://www.facebook.com/materikul/posts/473738685982089 di akses pada tanggal 25 Oktober 2015 jam 20:38 wib
[7] Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Media Centre, Surabaya, t.t, hal. 392
[8] Drs.A.H. Kahar Usman , M.Pd, Sosiologi Pendidikan, STAIN Press, Kudus,2009,hal. 84
[9] H. Khairuddin, SOSIOLOGI KELUARGA, LIBERTY, Yogyakarta, 2002 hal. 4
[10] Op.Cit, hal.79
[11] Ibid ,hal.84
[12] Ibid, hal. 88
[13] Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, t.t, hal. 57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar