Minggu, 07 Januari 2018

PROPOSAL PENDIDIKAN : PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DI MA MIFTAHUT THULLAB PUTATSARI GROBOGAN


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
       Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organiasi didalamnya terdapat saling berkaitan yang satu dengan yang lain. Sedang sifat unik, menunjukan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain. Ciri-ciri yang menepatkan sekolah memiliki karakter sendiri, dimana teradisi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia.[1] Oleh karena itu sifatnya yang sangat kompleks kita harus menyiapkan tenaga guru yang memiliki etos kerja yang produktif, kreatif serta memiliki kinerja dan cita-cita yang besar untuk memajukan lembaga pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
       Kepala sekolah memunyai tempat tertinggi  dalam organisasi di sekolah karena kepala sekolah berperan penting dan mempunyai tanggung jawab besar dalam mewujudkan visi dan misi sekolah serta untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Oleh karena perannya yang sentral kepemimpinan dalam organisasi tersebut, memiliki dimensi-dimensi kepemimpinan yang bersifat kompleks perlu dipahami dan dikaji secara terkoordinasi, sehingga upaya kepemimpinan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam menciptakan kinerja yang produktif dan inofatif. Misal nya saja dalam proses pembelajaran, kepala sekolah harus memberikan proses pembelajaran yang baik yaitu dengan meningkatkan profesionalisme gurunya agar tidak terjadi suatu permasalahan.
       Penulis merasa tertarik melakukan observasi di MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan. Madrasah itu bukanlah madrasah favorite di Kecamatan Grobogan namun dalam kualitas  akhlaqnya lah yang dijadikan unggulan dan lulusan-lulusan nya yang baik. Terletak di sekitar 60 m dari pusat perbelanjaan dan hiburan  , membuat kepala sekolah harus terus bisa mengawasi anak didik nya dengan memberikan pembelajaran yang baik melalui perantara profesionalisme guru agar para anak didiknya tidak terpengaruh dengan pergaulan dan akhlak yang buruk. Misalnya saja katika jam istirahat , mereka selalu pergi ke pasar itu mereka akan selalu telat ketika masuk sekolah bahkan bolos sekolah. Menyadari kestrategisan peran kepala sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan melaui profesionalisme guru nya, serta melihat posisi MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan sebagai lembaga pendidikan yang berkomitmen melahirkan output yang berkualitas, maka penulis melakukan penelitian di situ dengan  judul: Peran Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru Dalam Proses Pembelajaran di MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan
B. Fokus Penelitian
       Untuk Mendiskripsikan peran kepala sekolah dalam meningkatkatkan profesionalisme guru secara komprensif yang diterapkan dalam proses pembelajaran  di MA. Miftahut Thullab Putatsari Grobogan sehingga dapat mencapai tujuan dari pada pendidikan yang mengacu pada tujuan pendidikan yang sesuai visi dan misi lembaga pendidikan tersebut.
C. Rumusan Masalah
       Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
                 1.      Bagaimanakah Peran kepala sekolah  ?
                 2.      Bagaimanakah Proses pembelajaran  ?
                3.    Bagaimanakah  peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MA                         Miftahut Thullab Putatsari Grobogan ?
D. Tujuan Penelitian
       Berangkat dari rumusan permasalahan yang telah tersebutkan di atas, maksud dari penulisan ini ialah:
                1.      Untuk mengetahui peran kepala sekolah.
                2.      Untuk mengetahui proses pembelajaran
               3.      Untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru di MA                   Miftahut Thullab Putatsari Grobogan
E. Manfaat Penelitian
       Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis maupun teoritis sebagai berikut:
                 1)      Manfaat Praktis
                      a. Bagi kepala sekolah adalah merupakan wujud nyata kepala sekolah dalam memecahkan                       berbagai masalah disekolah melalui kegiatan penelitian.
                       b. Bagi guru diharapkan dapat menjadi motivasi guru dalam meningkatkan kedisiplinan                           dalam kehadiran.
                      c.  Bagi sekolah bisa dijadikan sumbangan dalam mewujudkan budaya sekolah yang dapat                        mendorong keberhasilan dan peningkatan mutu pembelajaran
                2)      Manfaat Teoretis
                    Manfaat teoritis pada dasarnya adalah manfaat secara konseptual/ keilmuan dengan                 penelitian ini bagi akademisi untuk  pengembangan keilmuan, khususnya sebagai                             wawasan dan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang mengenai                                profesinalisme guru.


BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
           
1. KAJIAN TEORI
1.1 Peran Kepala Sekolah
       Peran kepala sekolah adalah pengelola pendidikan yang diamanahi tugas untuk memimpin sekolah dengan pola-pola, dan hubungan kerja sama antar peran dimana mempunyai peran dan otoritas untuk mengarahkan pendidikan yang tujuannya pendidikan adalah kepala sekolah adalah pemimpin tertinggi di sekolah yang bertugas untuk mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan semua personal yang ada di bawahnya.[2]
       Dipihak lain kepala sekolah juga sebagai manajer melaksanakan proses-proses administratif, yaitu melaksanakan tugas-tugas dalam membuat perencanaan, pengambilan keputusan, dalam oprasi sekolah, mengontrol dan menilai hasil-hasil, menyampaikan dan menjelaskan perintah-perintah, memecahkan konflik yang muncul, dan memupuk semangat bekerja dan belajar.[3]
       Dengan demikian kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan kerja dalam memimpin sebuah lembaga atau organisasi yang mana dituntutan untuk dapat menggerakan serta mengefektifkan kenerja guru untuk mencapai tujuan pendidikan.
   
1.2  Profesiomalisme Guru
       Profesionalisme Guru itu terdiri dari 2 kata yaitu profesionalisme dan guru. Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia, ‘profession’ berarti pekerjaan. Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus.[4] Menurut Dedi Supriyadi istilah profesionalisme merujuk pada derajat penampilan individu sebagai seorang professional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi. Oleh karenanya dapat dimaknai sebagai mutu, kualitas, dan tindak-tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional, atau sifat profesional. Profesi-onalisme itu berkaitan dengan komitmen para penyandang profesi. Untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya secara terus menerus, mengembangkan strategi-strategi baru dalam tindakannya melalui proses pembelajaran yang terus menerus pula.[5]
       Profesionalisme mengarah pada komitmen para anggota suatu profesi  Untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan srategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi yang dibutuhkan. Menurut Dja’man Satori dalam Rusman “profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang meyandang suatu profesi, misalnya “ dia seorang propfesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya.” Jadi seorang yang profesional tidak boleh bekerja asal-asalan atau amatiran.[6]
       Kemudian definisi guru, guru dalam konteks pendidikan islam biasanya di sebut murabbi, mu’allim, dan mu’addib. Kata atau istilah “murabbi"misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya istilah "mu'allim", pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu. Adapun istilah "muaddib, menurut al-Attas. lebih luas dari istilah 'mu allim” dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.[7]  Peran guru adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik.
       Dalam rangka mengembangkan tugas atau peran gandanya maka oleh Zakiah Daradjah disarankan agar guru memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yaitu: Suka bekerja keras, demokratis, penyayang, menghargai kepribadian peserta didik, sabar, memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang bermacam-macam, perawakan menyenangkan dan berkelakuan baik, adil dan tidak memihak, toleransi, mantap dan stabil, ada perhatian terhadap persoalan peserta didik, lincah, mampu memuji, perbuatan baik dan menghargai peserta didik, cukup dalam pengajaran, mampu memimpin secara baik.[8] Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran.      
       Sementara itu, profesionalisme guru harus dapat di buktikan dengan memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain, harus memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Dan kompetensi-kompetensi tersebut adalah :
  •     Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yan meliputi pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta pengevaluasian hasil belajar.[9]
  •    Kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang bermental sehat dan stabil, dewasa, arif, berwibawa, kreatif, sopan santun, disiplin, jujur dan rapi [10].
  •      Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara mendalam dan memiliki berbagai keahlian di bidang pendidikan. Meliputi: penguasaan materi, memahami kurikulum dan perkembangannya, pengelolaan kelas, penggunaan strategi, media, dan sumber belajar, memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan, memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik, dan lain-lain.[11]
  •       Kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi baik dengan peserta didik, orang tua peserta didik dan masyarakat, sesama pendidik/ teman sejawat dan dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/ komite sekolah. [12]


1.3 Proses Pembelajaran
       Pengertian proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
       Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu obyektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.
       Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Adapun menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, materi meliputi; buku-buku, papan tulis dan lain-lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas dan audiovisual. prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan sebagainya.
       Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai. Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik. yaitu secara utuh dengan memperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu sistem.[13]

2. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU
       Penelitian yang kedua dari Dedy Riyadin Saputro yang berjudul: “Aktivitas Humas dalam Menjalankan Media Relation.” Dedy memberikan kesimpulan bahwa kinerja humas belum sepernuhnya terlaksana seperti fungsi dan peran idealnya. Ada banyak faktor yang membekali Dedy untuk meneliti humas dalam kacamata media relation, salah satunya ialah pentingnya humas sebagai penyambung publisitas suatu lembaga.

3. KERANGKA BERFIKIR
       Mencerdaskan anak bangsa merupakan salah satu amanah bangsa yang dibebankan kepada para guru. Sehingga guru harus bertanggung jawab atas kecerdasan para anak didiknya. Selain itu tugas guru adalah untuk mendidik peserta didik agar dapat berperilaku yang baik sehingga bisa benar-benar manjadikan insan kamil.
       Oleh karenanya peran kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru sangat lah penting dengan dituntut untuk memiliki kemampuan kerja dalam memimpin sebuah lembaga atau organisasi nya. Guru yang memiliki kualitas dan berkompetensi baik secara personal maupun sosial, akan dapat  menggunakan berbagai macam strategi serta metode-metodenya dalam mewujudkannya itu. Jadi guru yang profesional memiliki peranan yang penting karena mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal..



BAB 3
METODE PENELITIAN

    1.      Jenis dan Pendekatan Penelitian
       Jenis penelitian ini adalah field research dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dimaksud sebagai penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme untuk meneliti kondisi obyek yang ilmiah. Jadi penelitian ini merupakan penelitian kualitatif mengenai peran kepala sekolah demi meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di MA Miftahut Thullab
    2.      Sumber Data
       Sumber data yang dimaksud disini adalah subjek dari mana data diperoleh. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengumpulkan data-data yang diperlukan melalui sumber data. Sumber data ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:
            a. Sumber data primer 
Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni sumber asli yang memuat informasi. Dengan cara observasi peneliti memerhatikan langsung ke lapangan, wawancara kepada kepala sekolah, pendidik, serta beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan. 
            b. Sumber data skunder
Sumber data skunder yakni data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli memuat informasi atau data tersebut. Dengan cara mendapatkan dokumen-dokumen dari sekolah MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan
    3.      Informan Penelitian
       Dalam informan penelitian ini adalah kepala sekolah, pendidik, serta beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan
    4.      Instrumen Penelitian. 
       Dalam penelitian ini instrumen atau alat utamanya adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. 
    5.      Teknik Pengambilan Data
            Penulis dalam pengambilan data menggunakan teknik Observasi yakni penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti baik secara terencana ataupun diam-diam. Peneliti melakukan observasi di MA Miftahut Thullab Putasari Grobogan untuk mendapatkan data tentang peran pendidik mengenai seberapa besar dan seberpa jauh upaya yang telah di lakukan dalam meningkatkan kualitas akhlak peserta didik.
   6.      Teknik Analisa Data
       Penulis menggunakan teknik analisa menurut Miles and Huberman yakni dengan data reduction, data display, dan consclusion drawing/ verification:
       a) Data Reduction (reduksi data)
Mereduksi data yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dalam hal ini penulis mereduksi data yang membuat katagori sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
       b) Data display (penyajian data)
Dalam penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini penulis akan menyajikan dalam bentuk bagan, kata-kata dan uraian singkat.c) consclusion drawing/ verification (kesimpulan)
Kesimpulan menjawab rumusan masalah yang dirumuskan.[14]
    7.      Uji Keabsahan Data 
       Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, diskusi dengan teman sejawab, antara lain kasus negatif. Dalam penelitian ini menggunakan dua yakni perpanjangan pengamatan. Dalam perpanjangn pengamatan untuk menguji kreadibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apa data yang diperoleh itu setelah dicek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak, bilah setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka wakyu perpanjangn pengamatan dapat diahiri.[15]



[1] Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah P.T Raja Grafindo Prasada Jakarta, hal, 16
[2] Ahmad Sugeng, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Pelatihan, Surabaya, 2006,hal, 43
[3] Rohiat, Kecerdasan Emosoinal Kepemimpinan Kepala Sekolah, Refika Aditama, Bandung, 2008, hal, 13
[4] Arifin, H.M. 1995. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum. Jakarta: Bumi Aksara.hal.105
[5] Dedi Supriyadi,. (1999). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Hal.95

[6] Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. Rajawali Press, hal,.18
[7] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal.56-57
[8] Ahmad Rohani dan A.Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,1996), hal. 110
[9] Yunus Abu Bakar,Syarifan Nurjan, Profesi Keguruan, (Surabaya:AprintA,2009) hal: 4- 11
[10] Samana. Profesionalisme Keguruan. (Yogyakarta: Kanisius, 1994) hal: 7
[11] Djam’an Satori, dkk, Profesi Keguruan. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010) hal:36
[12] Ibid ......... hal:18
Di akses  pada hari selasa tanggal 14 oktober 2014 jam 21.30 wib
[14] Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D), CV. Alfabeta: IKAPI, hal.337-345
[15]Ibid,  hal. 368

Tidak ada komentar:

Posting Komentar