PROPOSAL PENDIDIKAN : Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Peserta Didik di MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, surau/musalla, di rumah dan
sebagainya.[1]
Tugas guru selain menyalurkan pengetahuan tapi juga harus dapat mendidik akhlak
peserta didik sehingga selain mencerdaskan tapi juga dapat memunculkan
orang-orang yang berbudi luhur. Peran guru dalam menanamkan akhlak yang baik
itu sangat penting Karena akhir-akhir ini banyak terjadi krisis moral ataupun
masalah dalam pergaulan remaja atau anak-anak. Terlebih lagi peran guru PAI,
selain menjadi mu’allim, dia harus juga menjadi muaddib dan murabbi.
Penulis
merasa tertarik melakukan observasi di MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan. Madrasah
itu bukanlah madrasah favorite di Kecamatan Grobogan namun dalam kualitas akhlaqnya lah yang dijadikan unggulan karena
hanya di madrasah inilah antara siswa laki-laki dan perempuan dilarang
berboncengan atau bersalaman dengan yang
bukan muhrim. terletak di sekitar 60 m dari pusat perbelanjaan dan hiburan , membuat para guru dan para wali murid
khatiwatir karena dapat mempengaruhi
pergaulan dan akhlak peserta didik yang berdampak pada kedisiplinan mereka. Misalnya
saja katika jam istirahat , mereka selalu pergi ke pasar itu mereka akan selalu
telat ketika masuk sekolah bahkan bolos sekolah. Menyadari kestrategisan peran
guru dalam pencapaian tujuan pendidikan, serta melihat posisi MA Miftahut
Thullab Putatsari Grobogan sebagai lembaga pendidikan yang berkomitmen
melahirkan output yang berkualitas, maka penulis melakukan penelitian di
situ dengan judul: Peran Guru PAI dalam
Meningkatkan Kualitas Akhlak Peserta Didik di MA Miftahut Thullab Putatsari
Grobogan
B. Fokus
Penelitian
Fokus penelitian ini ialah pada upaya atau
peran dalam meningkatkan kualitas akhlak peserta didik sehingga dapat
memunculkan perilaku yang terpuji baik itu dengan agama, bangsa, dan sesamanya di
MA. Miftahut
Thullab Putatsari Grobogan.
C. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana
peran guru PAI dalam meningkatkan kulaitas
akhlak peserta didik di
MA. Miftahut Thullab Putatsari Grobogan?
D. Tujuan
Penelitian
Berangkat dari rumusan permasalahan yang telah tersebutkan di atas, maksud
dari penulisan ini ialah: Untuk
mengetahui peran guru PAI
dalam meningkatkan kulaitas akhlak peserta didik di MA. Miftahut Thullab Putatsari Grobogan,
E. Manfaat
Penelitian
Manfaat penulisan
ini diharapkan terdapat nilai guna bagi pembaca khususnya penulis sendiri.
Adapun manfaat penelitian ini yakni manfaat praktis dan teoritis.
1. Manfaat
praktis, manfaat praktis ini pada dasarnya merupakan manfaat riil
dengan penelitian ini bagi masyarakat umum.
2.
Manfaat teoritis , manfaat teoritis pada
dasarnya adalah manfaat secara konseptual/ keilmuan dengan penelitian ini bagi
akademisi untuk pengembangan keilmuan,
khususnya keilmuan tentang strategi peningkatan
kualiatas akhlak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Teori
1.1 Peran Guru
PAI
Guru dalam konteks pendidikan islam biasanya
di sebut murabbi, mu’allim, dan mu’addib. Kata atau istilah “murabbi"misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang
orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau
rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan
anaknya istilah "mu'allim", pada
umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian
atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seorang yang tahu kepada seorang yang
tidak tahu. Adapun istilah "muaddib, menurut al-Attas. lebih luas dari istilah 'mu allim” dan lebih
relevan dengan konsep pendidikan Islam.[2] Peran guru
adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik.
Dalam rangka mengembangkan tugas atau peran gandanya maka
oleh Zakiah Daradjah disarankan agar guru memiliki persyaratan kepribadian
sebagai guru yaitu: Suka bekerja keras, demokratis, penyayang, menghargai
kepribadian peserta didik, sabar, memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman yang bermacam-macam, perawakan menyenangkan dan berkelakuan baik,
adil dan tidak memihak, toleransi, mantap dan stabil, ada perhatian terhadap
persoalan peserta didik, lincah, mampu memuji, perbuatan baik dan menghargai
peserta didik, cukup dalam pengajaran, mampu memimpin secara baik.[3] Guru merupakan
profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan.
Itulah sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik,
mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup. Mengajak berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah
harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik
simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang
diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila
seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama
adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengakjarannya itu kepada para
siswa. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran
tidak dapat diserap sehingga setiap lapisan masyarakat (homo indens, homo
puber, dan homo sapiens) dapat mengerti bila menghadapi guru.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang
lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat
dapat memeperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berdasarkan pancasila.[4]
1.2. kualitas Akhlak
Setiap manusia mempunyai kualitas akhlak yang
berbeda-beda, adapula yang baik, buruk, ataupun seimbang. Akhlak sendiri
biasanya disebut dengan budi pekerti atau tingkah laku. Menurut Ibnu Maskawih
akhlak adalah suatu sikap mental yang mengandung daya dorong untuk berbuat
tanpa berfikir dan pertimbangan. Sikap mental ini terbagi menjadi dua, ada yang
berasal dari watak dan ada pula yang berasal dari kebiasaan.[5]
Pembagian akhlak terbagi menjadi 2 macam, yaitu : akhlakul karimah ialah akhlak
yang teruji serta akhalkul madzmumah ialah akhlak yang tercela. Pembagian itu
menjadikan tolak ukur kualitas akhlak seseorang.
1.3. Peserta didik
Peserta didik merupakan aspek terpenting dalam kegiatan
pembelajaran. Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada
fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan
dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu
bimbingan dari seorang pendidik.[6]
Agar peserta
didik mendapatkan keridhoan dari Allah SWT dalam menuntut ilmu, maka peserta
didik harus mampu memahami etika yang harus dimilkinya, yaitu :
1.
Peserta didik
hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu.
2.
Tujuan belajar
hendaknya ditujukan untuk menghiasi roh dengan berbagai sifat keutamaan.
3.
Memiliki
kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.
4.
Setiap peserta
didik wajib menghormati pendidiknya.
5.
Peserta didik
hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah.
Namun etika peserta didik tersebut perlu disempurnakan dengan empat akhlak
peserta didik dalam menuntut ilmu, yaitu :
1.
Peserta didik
harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut
ilmu, sebab belajar merupakan ibadah yang harus dikerjakan dengan hati yang
bersih.
2.
Peserta didik
harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat
keimanan, mendekatkan diri kepada Allah.
3.
Seorang peserta
didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan sabar dalam menghadapi
tantangan dan cobaan yang datang.
4.
Seorang harus
ikhlas dalam menuntut ilmu dengan menghormati guru atau pendidik, berusaha
memperoleh kerelaan dari guru dengan mempergunakan beberapa cara yang baik.[7]
2. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian dari Dedy Riyadin Saputro
yang berjudul: Peran Guru dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Mts Yasuda Ngrumpeng kecamatan Grobogan,
yang menekankan pada pemberian motivasi dalam proses belajar mengajar sehingga
para peserta didik bersemangat dan sungguh-sungguh dalam pembelajaran dan guru
menjadi memiliki peran penting dalam implementasi itu.
3. Kerangka Berfikir
Mencerdaskan
anak bangsa merupakan salah satu amanah bangsa yang dibebankan kepada para
guru. Sehingga guru harus bertanggung jawab atas kecerdasan para anak didiknya.
Selain itu tugas guru adalah untuk mendidik peserta didik agar dapat
berperilaku yang baik sehingga bisa benar-benar manjadikan insan kamil.
Oleh
karenanya guru harus berkualitas dan berkompetensi baik secara personal maupun
sosial. Dengan menggunakan berbagai macam strategi serta metode-metodenya dalam
mewujudkannya itu. Jadi guru memiliki peranan yang penting untuk
meningkatkan kualitas akhlak peserta didiksecara sosial. Sebab dengan kualitas
akhlak yang dimiliki oleh peserta didik nantinya diharapkan akan mapu menjadikan anak
didik lebih berkualitas dan bisa bersosialisasi di dalam masyarakat.
BAB II
METODE PENELITIAN
1.Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah field research dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif dimaksud sebagai penelitian yang berdasarkan pada filsafat
postpositivisme untuk meneliti kondisi obyek yang ilmiah. Jadi penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif mengenai peran pendidik dalam meningkatkan kualitas akhlak peserta didik.
2. Sumber Data
Sumber data
yang dimaksud disini adalah subjek dari mana data diperoleh. Dalam penelitian
ini, peneliti berusaha mengumpulkan data-data yang diperlukan melalui sumber
data. Sumber data ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Sumber data
primer
Sumber data
primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni sumber asli
yang memuat informasi. Dengan cara observasi peneliti memerhatikan langsung ke
lapangan, wawancara kepada kepala sekolah, pendidik, serta beberapa
masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah MA Miftahut Thullab Putatsari
Grobogan.
b. Sumber data
skunder
Sumber data
skunder yakni data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli memuat informasi
atau data tersebut. Dengan cara mendapatkan dokumen-dokumen dari sekolah MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan
3. Informan
Penelitian
Dalam informan
penelitian ini adalah kepala sekolah, pendidik, serta beberapa
masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah MA Miftahut Thullab Putatsari
Grobogan.
4. Instrumen
Penelitian.
Dalam
penelitian ini instrumen atau alat utamanya adalah peneliti itu sendiri.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, yang berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data
menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temuannya.
5. Teknik
Pengambilan Data
Penulis dalam
pengambilan data menggunakan teknik Observasi yakni penulis mengadakan
pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti baik secara terencana
ataupun diam-diam. Peneliti melakukan observasi di MA Miftahut Thullab Putasari Grobogan untuk mendapatkan
data tentang peran pendidik mengenai seberapa besar dan seberpa jauh upaya yang telah di lakukan dalam meningkatkan kualitas akhlak peserta
didik.
6. Teknik
Analisa Data
Penulis
menggunakan teknik analisa menurut Miles and Huberman yakni dengan data
reduction, data display, dan consclusion drawing/ verification:
a) Data Reduction (reduksi data)
a) Data Reduction (reduksi data)
Mereduksi data
yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dalam hal ini
penulis mereduksi data yang membuat katagori sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
b) Data display
(penyajian data)
Dalam penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini penulis akan menyajikan dalam bentuk
bagan, kata-kata dan uraian singkat.
c) consclusion drawing/ verification (kesimpulan)
c) consclusion drawing/ verification (kesimpulan)
7. Uji
Keabsahan Data
Uji
kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif antara
lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
penelitian, diskusi dengan teman sejawab, antara lain kasus negatif. Dalam
penelitian ini menggunakan dua yakni perpanjangan pengamatan. Dalam perpanjangn
pengamatan untuk menguji kreadibilitas data penelitian ini, sebaiknya
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apa data yang
diperoleh itu setelah dicek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau
tidak, bilah setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti
kredibel, maka wakyu perpanjangn pengamatan dapat diahiri.[9]
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani dan A.Abu Ahmadi, Pengelolaan
Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,1996)
Busyairi madjidi, Konsep
Kependidikan Para Filosof Islam, 1997
Djamarah Bahri Syaiful, Guru
dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000)
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung : 2010)
Ramayulis,
Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2006
Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta:
Kalam Mulia, 2002)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. VI; Jakarta: Kalam Mulia, 2008)
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D), CV. Alfabeta: IKAPI
[1] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), hal. 31
[3] Ahmad
Rohani dan A.Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka
Cipta,1996), hal. 110
[4] Moh.
Uzer Usman, Menjadi Guru professional, (PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung : 2010), hal.6-7
[8] Sugiono.
2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif
Dan R&D), CV. Alfabeta: IKAPI, hal.337-345
Tidak ada komentar:
Posting Komentar