Senin, 08 Januari 2018

Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Peserta Didik di MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan

PROPOSAL PENDIDIKAN : Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Peserta Didik di MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, surau/musalla, di rumah dan sebagainya.[1] Tugas guru selain menyalurkan pengetahuan tapi juga harus dapat mendidik akhlak peserta didik sehingga selain mencerdaskan tapi juga dapat memunculkan orang-orang yang berbudi luhur. Peran guru dalam menanamkan akhlak yang baik itu sangat penting Karena akhir-akhir ini banyak terjadi krisis moral ataupun masalah dalam pergaulan remaja atau anak-anak. Terlebih lagi peran guru PAI, selain menjadi mu’allim, dia harus juga menjadi muaddib dan murabbi.
            Penulis merasa tertarik melakukan observasi di MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan. Madrasah itu bukanlah madrasah favorite di Kecamatan Grobogan namun dalam kualitas  akhlaqnya lah yang dijadikan unggulan karena hanya di madrasah inilah antara siswa laki-laki dan perempuan dilarang berboncengan atau  bersalaman dengan yang bukan muhrim. terletak di sekitar 60 m dari pusat perbelanjaan dan hiburan  , membuat para guru dan para wali murid khatiwatir karena  dapat mempengaruhi pergaulan dan  akhlak peserta didik yang  berdampak pada kedisiplinan mereka. Misalnya saja katika jam istirahat , mereka selalu pergi ke pasar itu mereka akan selalu telat ketika masuk sekolah bahkan bolos sekolah. Menyadari kestrategisan peran guru dalam pencapaian tujuan pendidikan, serta melihat posisi MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan sebagai lembaga pendidikan yang berkomitmen melahirkan output yang berkualitas, maka penulis melakukan penelitian di situ dengan  judul: Peran Guru PAI dalam Meningkatkan Kualitas Akhlak Peserta Didik di MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan

B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini ialah pada upaya atau peran dalam meningkatkan kualitas akhlak peserta didik sehingga dapat memunculkan perilaku yang terpuji baik itu dengan agama, bangsa, dan sesamanya di MA. Miftahut Thullab Putatsari Grobogan.

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran guru PAI dalam meningkatkan kulaitas akhlak peserta didik di MA. Miftahut Thullab Putatsari Grobogan?

D. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan permasalahan yang telah tersebutkan di atas, maksud dari penulisan ini ialah: Untuk mengetahui peran guru PAI dalam meningkatkan kulaitas akhlak peserta didik di MA. Miftahut Thullab Putatsari Grobogan,

E. Manfaat Penelitian
                 Manfaat penulisan ini diharapkan terdapat nilai guna bagi pembaca khususnya penulis sendiri. Adapun manfaat penelitian ini yakni manfaat praktis dan teoritis.
            1. Manfaat praktis, manfaat praktis ini pada dasarnya merupakan manfaat riil dengan penelitian ini bagi masyarakat umum.
            2. Manfaat teoritis , manfaat teoritis pada dasarnya adalah manfaat secara konseptual/ keilmuan dengan penelitian ini bagi akademisi untuk pengembangan keilmuan, khususnya keilmuan tentang strategi  peningkatan kualiatas akhlak.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Teori
    1.1 Peran Guru PAI
            Guru dalam konteks pendidikan islam biasanya di sebut murabbi, mu’allim, dan mu’addib. Kata atau istilah “murabbi"misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya istilah "mu'allim", pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu. Adapun istilah "muaddib, menurut al-Attas. lebih luas dari istilah 'mu allim” dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.[2]  Peran guru adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik.
            Dalam rangka mengembangkan tugas atau peran gandanya maka oleh Zakiah Daradjah disarankan agar guru memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yaitu: Suka bekerja keras, demokratis, penyayang, menghargai kepribadian peserta didik, sabar, memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang bermacam-macam, perawakan menyenangkan dan berkelakuan baik, adil dan tidak memihak, toleransi, mantap dan stabil, ada perhatian terhadap persoalan peserta didik, lincah, mampu memuji, perbuatan baik dan menghargai peserta didik, cukup dalam pengajaran, mampu memimpin secara baik.[3] Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran.
      Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajak berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.
      Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengakjarannya itu kepada para siswa. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak dapat diserap sehingga setiap lapisan masyarakat (homo indens, homo puber, dan homo sapiens) dapat mengerti bila menghadapi guru.
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memeperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila.[4]

    1.2. kualitas Akhlak
            Setiap manusia mempunyai kualitas akhlak yang berbeda-beda, adapula yang baik, buruk, ataupun seimbang. Akhlak sendiri biasanya disebut dengan budi pekerti atau tingkah laku. Menurut Ibnu Maskawih akhlak adalah suatu sikap mental yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berfikir dan pertimbangan. Sikap mental ini terbagi menjadi dua, ada yang berasal dari watak dan ada pula yang berasal dari kebiasaan.[5] Pembagian akhlak terbagi menjadi 2 macam, yaitu : akhlakul karimah ialah akhlak yang teruji serta akhalkul madzmumah ialah akhlak yang tercela. Pembagian itu menjadikan tolak ukur kualitas akhlak seseorang.

    1.3. Peserta didik
            Peserta didik merupakan aspek terpenting dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik.[6]
Agar peserta didik mendapatkan keridhoan dari Allah SWT dalam menuntut ilmu, maka peserta didik harus mampu memahami etika yang harus dimilkinya, yaitu :
1.        Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu.
2.        Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi roh dengan berbagai sifat keutamaan.
3.        Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.
4.        Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.
5.        Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah.
             Namun etika peserta didik tersebut perlu disempurnakan dengan empat akhlak peserta didik dalam menuntut ilmu, yaitu :
1.        Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, sebab belajar merupakan ibadah yang harus dikerjakan dengan hati yang bersih.
2.        Peserta didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat keimanan, mendekatkan diri kepada Allah.
3.        Seorang peserta didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan sabar dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang datang.
4.        Seorang harus ikhlas dalam menuntut ilmu dengan menghormati guru atau pendidik, berusaha memperoleh kerelaan dari guru dengan mempergunakan beberapa cara yang baik.[7]
2. Kajian Penelitian Terdahulu
            Penelitian dari Dedy Riyadin Saputro yang berjudul: Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Mts Yasuda Ngrumpeng kecamatan Grobogan, yang menekankan pada pemberian motivasi dalam proses belajar mengajar sehingga para peserta didik bersemangat dan sungguh-sungguh dalam pembelajaran dan guru menjadi memiliki peran penting dalam implementasi itu.
3. Kerangka Berfikir
            Mencerdaskan anak bangsa merupakan salah satu amanah bangsa yang dibebankan kepada para guru. Sehingga guru harus bertanggung jawab atas kecerdasan para anak didiknya. Selain itu tugas guru adalah untuk mendidik peserta didik agar dapat berperilaku yang baik sehingga bisa benar-benar manjadikan insan kamil.
            Oleh karenanya guru harus berkualitas dan berkompetensi baik secara personal maupun sosial. Dengan menggunakan berbagai macam strategi serta metode-metodenya dalam mewujudkannya itu. Jadi guru memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan kualitas akhlak peserta didiksecara sosial. Sebab dengan kualitas akhlak yang dimiliki oleh peserta didik  nantinya diharapkan akan mapu menjadikan anak didik lebih berkualitas dan bisa bersosialisasi di dalam masyarakat.

BAB II
METODE PENELITIAN

1.Jenis dan Pendekatan Penelitian
            Jenis penelitian ini adalah field research dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dimaksud sebagai penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme untuk meneliti kondisi obyek yang ilmiah. Jadi penelitian ini merupakan penelitian kualitatif mengenai peran pendidik dalam meningkatkan kualitas akhlak peserta didik.

2. Sumber Data
            Sumber data yang dimaksud disini adalah subjek dari mana data diperoleh. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengumpulkan data-data yang diperlukan melalui sumber data. Sumber data ini dibagi menjadi 2 macam yaitu:
            a. Sumber data primer 
Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber primer, yakni sumber asli yang memuat informasi. Dengan cara observasi peneliti memerhatikan langsung ke lapangan, wawancara kepada kepala sekolah, pendidik, serta beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan.
            b. Sumber data skunder
Sumber data skunder yakni data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli memuat informasi atau data tersebut. Dengan cara mendapatkan dokumen-dokumen dari sekolah MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan
3. Informan Penelitian
            Dalam informan penelitian ini adalah kepala sekolah, pendidik, serta beberapa masyarakat yang tinggal di sekitar sekolah MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan.
4. Instrumen Penelitian. 
            Dalam penelitian ini instrumen atau alat utamanya adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. 
5. Teknik Pengambilan Data
            Penulis dalam pengambilan data menggunakan teknik Observasi yakni penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti baik secara terencana ataupun diam-diam. Peneliti melakukan observasi di MA Miftahut Thullab Putasari Grobogan untuk mendapatkan data tentang peran pendidik mengenai seberapa besar dan seberpa jauh upaya yang telah di lakukan dalam meningkatkan kualitas akhlak peserta didik.
6. Teknik Analisa Data
            Penulis menggunakan teknik analisa menurut Miles and Huberman yakni dengan data reduction, data display, dan consclusion drawing/ verification:
            a) Data Reduction (reduksi data)
Mereduksi data yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dalam hal ini penulis mereduksi data yang membuat katagori sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
            b) Data display (penyajian data)
Dalam penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini penulis akan menyajikan dalam bentuk bagan, kata-kata dan uraian singkat.
       c) consclusion drawing/ verification (kesimpulan)
Kesimpulan menjawab rumusan masalah yang dirumuskan.[8]
7. Uji Keabsahan Data 
            Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, diskusi dengan teman sejawab, antara lain kasus negatif. Dalam penelitian ini menggunakan dua yakni perpanjangan pengamatan. Dalam perpanjangn pengamatan untuk menguji kreadibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apa data yang diperoleh itu setelah dicek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak, bilah setelah dicek kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka wakyu perpanjangn pengamatan dapat diahiri.[9]



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani dan A.Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,1996)
Busyairi madjidi, Konsep Kependidikan Para Filosof Islam, 1997
Djamarah Bahri Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000)
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (PT.  Remaja Rosdakarya, Bandung : 2010)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2006
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002)
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. VI; Jakarta: Kalam Mulia, 2008)
Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D), CV. Alfabeta: IKAPI


[1] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 31
[2] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal.56-57
[3] Ahmad Rohani dan A.Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,1996), hal. 110
[4] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru professional, (PT.  Remaja Rosdakarya, Bandung : 2010), hal.6-7
[5] Busyairi madjidi, Konsep Kependidikan Para Filosof Islam, 1997, hal. 38
[6] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. VI; Jakarta: Kalam Mulia, 2008). h.77
[7] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2006, Hal.119-120
[8] Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D), CV. Alfabeta: IKAPI, hal.337-345
[9]Ibid,  hal. 368

Tidak ada komentar:

Posting Komentar