PENDEKATAN
PSIKOLOGI DALAM STUDI ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang
dibekali dengan berbagai potensi fitrah yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Potensi
istimewa ini dimaksudkan agar manusia dapat mengemban dua tugas utama, yaitu
sebagai khalifatullah di muka bumi dan juga abdi Allah untuk
beribadah kepada-Nya. Manusia dengan
berbagai potensi tersebut membutuhkan suatu proses pendidikan, sehingga apa
yang akan diembannya dapat terwujud. H. M. Arifin, dalam
bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mengatakan bahwa pendidikan Islam
bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim baik secara lahir
maupun batin, mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk mencari
keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, hakikat cita-cita pendidikan Islam
adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, satu
sama lain saling menunjang.
Islam merupakan salah satu agama yang besar di
muka bumi ini, di Indonesia Islam berkembang sejak berdirinya Samudra Pasai di
Aceh yang semula beragama Hindu , Budha, dan aliran kepercayaan. Namun
sejak tahun 1990 pemeluk Islam
mulai Menurun . Menteri Agama saat,
Surya Darma Ali (periode 2009-2014) mengatakan dari tahun ke tahun jumlah umat Islam
terus mengalami penurunan. Padahal di sisi lain, jumlah penduduk di Inonesia
terus bertambah. Semula jumlah muslim di Indonesia mencapai 95 % dari seluruh
rakyat Indonesia. Secara perlahan terus berkurang menjadi 92 % turun lagi 90 %
turun lagi 87 % turun lagi 85 %. Sungguh ironi jika kita hanya diam diri
sebagai umat Islam. Allah telah berfirman “ Janganlah kamu sekali-kali mati,
melainkan dalam beragama Islam. Islam harus disebarkan dengan cara santun
sesuai dengan firman Allah SWT
اُدْعُ اِلى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ
وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَة... ِ
Arinya:“Ajaklah
kepada Tuhanmu dengan cara yang bijaksana
dan dengan nasehat yang baik”.(QS. An-Nahl: 125).
Agar Islam tetap di muka bumi, maka muncullah
berbagai pendekatan keilmuan dalam studi Islam selalu berkembang. Di antaranya
pendekatan normatife, pendekatan filosofis, pendekatan historis, pendekatan ilmu sosial, pendekatan
fenomologis, dan berbagai pendekatan lainya. Penulis di sini akan lebih dalam
membahas tentang Psikologis dalam Studi Islam mengapa demikian? Karena
pendekatan tersebut langsung berhubungan dengan dengan jiwa (kedamaian,
ketentraman jiwa) dan perilaku manusia.
Mempelajari psikologi kita bisa mengetahui aspek-aspek
kepribadian, terlebih yang
berhubungan dengan aspek perilaku keagamaan seseorang. Salah satu sikap
kepribadian itu misalnya, sikap ketenangan dan kepuasan dalam diri
seseorang, sikap empati dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan latar belakang di atas
maka kami merumuskan hal-hal sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian pendekatan psikologi studi Islam?
2.
Bagaimana
sejarah dan perkembangan pendekatan psikologi dalam studi Islam?
3.
Apa macam-macam
pendekatan psikologi studi Islam?
4.
Probelmatika (kelemahan & kekurangan) apa saja dalam pendekatan psikologi studi Islam?
5.
Apa contoh-contoh pendekatan psikologi?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah:
1.
Untuk
mengetahui pengertian pendekatan
psikologi studi Islam.
2.
Untuk
mengetahui sejarah dan perkembangan pendekatan psikologi dalam studi Islam.
3.
Untuk
mengetahui macam-macam pendekatan psikologi studi Islam..
4.
Untuk
mengetahui Probelmatika (kelemahan &
kelebihan) pendekatan psikologi studi Islam.
5.
Untuk
mengetahui contoh-contoh
pendekatan psikologi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendekatan Psikologi Studi Islam
Pendekatan Psikologis terdiri dari dua suku kata, yaitu
pendekatan dan psikologis. Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang
terdapat dalam suatu bidang ilmu.[1]
Pengertian pendekatan adalah proses perbuatan, cara mendekati, usaha dalam
rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang
diteliti, metode untuk mencapai pengertian masalah penelitian. Dalam bahasa
Inggris disebut “approach” dan dalam bahasa Arab disebut “madkhal”.[2]
Psikologi adalah ilmu pengetahuan
tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwani) manusia dengan
lingkungannya. Psikologi secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu psyche
dan logos yang memiliki arti
“Ilmu tentang jiwa”. sebagai kajian ilmiah, psikologi jelas mempunyai sifat
teoritik, empirik dan sistematik.[3] Adapun secara umum psikologi mempelajari gejala-gejala manusia yang
berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan(emotion), dan kehendak(conasi). Dengan demikian
ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap perilaku manusia.[4] Banyak para
ahli mendefinisikan pengertian tentang psikologi, namun penulis hanya mengemukakan tiga pakar saja untuk mewakili pemikiran para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Addul Rahman Shaleh dan Muhib Abdul Wahab
yaitu menurut Plato, Aristoteles, dan Morgan C.T. King. Menurut Plato dan Aristoteles psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosessnya
sampai alhir. Sedangkan menurut
Morgan C.T. King bahwa psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.[5]
Pendekatan psikologi adalah usaha sisi ilmiah
dari aspek-aspek batini pengalaman keagamaan. Suatu esensi pengalaman keagamaan
itu benar-benar ada, dan bahwa dengan suatu esensi pengalaman tersebut dapat
diketahui. Menurut Zakiayah Darajat perilaku seseorang yang nampak (lahirnya) tidak karena dipengaruhi oleh
keyakinan yang dianutnya. Dalam ajaran agama banyak kita jumpai istilah-istilah
yang menggambarkan sikap batin seseorang, misalnya sikap beriman dan taqwa,
berbuat jujur, dzikir untuk menenangkan jiwa[6].
Pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang bertujuan
untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama. Dalam pendekatan ini
keadaan jiwa manusia dalam hubungannya dengan agama baik pengaruh maupun
akibat. Pendekatan psikologis bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagamaan
manusia yang dijelaskan dengan mengurai keadaan jiwa manusia.[7] Obyek
kajian dalam hal ini adalah manusia, dalam pengertian tingkah laku manusia yang
beragama, yakni gejala-gejala empiriris dari keagamaannya. Karenanya dalam
pendekatan psikologis ini tidak mempelajari betul tidaknya suatu agama, tidak
untuk menilai apakah agama itu diwahyukan Tuhan atau tidak[8]
Sedangkan pengertian studi Islam atau Islamic Studies
atau Dirasat al-Islamiyah sebagaimana dikutip oleh Dr. Ma’mun Mu’min
dalam bukunya, dapat dimaknai kajian Islam, Imam Ghazali menggunakan istilah “Ulumuddin”.
Istilah studi menurut Lester Crow dan Alice Crow adalah kegiatan yang secara
sengaja diusahakan dengan maksud memperoleh keterangan, pemahaman, dan
meningkatkan suatu ketrampilan. Sementara Islam adalah agama yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, studi Islam adalah suatu usaha untuk
mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan agama Islam.[9]
Jadi, Pendekatan Psikologi dalam
studi Islam yaitu usaha untuk memperoleh sisi ilmiah dari aspek-aspek batin
pengalaman keagamaan. Karena dalam ajaran agama sering kita menemukan
istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin seseorang, dengan ilmu jiwa ini
selain kita mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dan diamalkan seseorang
juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama kedalam jiwa seseorang
sesuai dengan tingkatan usia seseorang.
B.
Sejarah dan Perkembangan Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam
Sejarah psikologi Islam berawal dari sejarah
manusia itu sendiri. Hanya pada masa itu belum dinamai psikologi, walaupun pada
prakteknya telah nampak nilai-nilai
psikologis. Psikologi saat itu hanya masuk dalam piranti etika dan filsafat.
Pertumpahan darah yang pertama dalam sejarah kehidupan manusia karena dorongan
nafsu ghadhab (amarah) dan kecemburuan yang berlebihan dari gejolak
jiwa tak terkendali adalah
realita tak terbantahkan dari perilaku psikologis umat manusia yang dapat
dipahami dari cerita Qobil dan Habil. Kisah ini menjelaskan tentang motivasi
psikologis yang menyimpang atau cemburu yang berlebihan dan pengaruhnya
terhadap perilaku manusia.[10]
Perkembangan Psikologi dunia Islam terjadi pada
pertengahan abad 9 M para sarjana Islam
melakukan kajian–kajian tentang psikologi yang diilhami ole ide-ide al-Qur’an. Tokoh-tokoh seperti al-Qindy, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih, al-Raziy, kelompok Ikhwan
al-Shafa, Ibnu Thufail, Ibnu Majah dan Ibnu Rusyd yang mengusung
aliran
psikologi dengan pendekatan falsafi. Sederetan tokoh tersebut
sebenarnya lebih popular sebagai seorang filosof dari pada seorang
psikolog. Namun mereka juga pantas dikategorikan
sebagai
psikologi falsafi. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa masa
itu belum ada pemisahan antara disiplin ilmu, di samping bahwa konsep-konsep mereka banyak berkaitan dengan diskursus
psikologi, seperti
konsep tentang jiwa (al-nafs atau al-ruh). Ciri utama kelompok ini adalah sangat mengutamakan peran struktur
al-‘aql
yang puncaknya
mampu memperoleh limpahan pengetahuan dari Allah melalui ‘aqal fa’al. [11]
Al Qindy (185-260 H/
801-873M)[12]
misalnya, dipandang sebagai filosof muslim pertama yang membahas tentang
psikologi tentang psikologi mengenai “Tidur dan Mimpi”. Dalam filsafat pertama
ia membahas berbagai fungsi jiwa, dan tentang cara kerja pikiran manusia. Ibnu
Sina (370-428 H / 980-1037 M) seorang filosof dan ahli
kedokteran yang banyak memberikan sumbangan terhadap Psikologi Islam. Dalam
bukunya yang termashur al Syifa membahas tentang Jiwa, eksistensinya
hubungan jasmani rohani, sensasi, persepsi, dan aspek-aspek terkait lainnya.
Dia membedakan antara persepsi internal dan persepsi eksternal. Dia juga
menjelaskan beberapa emosi manuasia yang tidak dimiliki binatang, seperti
heran, senyum, tangis, dan sebagainya. Di samping itu dia juga menerangkan
beberapa penyakit somatick.[13].
Menurut Abdul Hamid al Hasyimi, seorang profesor psikologi
di Raja Abdul Aziz sebagaimana dikutip oleh Dr. Ma’mun Mu’min menyatakan orang
pertama yang menamai cabang ilmu yang mengkaji jiwa dan behavior atau perilaku
manusia adalah al Ghazali. Dalam kitabya
yang sangat fenomenal “Ihya ‘Ulumuddin” banyak membahas tntang jiwa dan
perilakumanusia, membagi struktur kerohanian manusia dalam empat dimensi, yaitu
hati (qolbu), ruh, (al-ruh), akal, (al-aql), dan nafsu (an-nafs).
Menurutnya
keempat unsure-unsur itu masing-masing memikiki dua arti yaitu arti jasmaniyah dan arti
ruhaniyah.[14]
C.
Macam - Macam
Pendekatan Psikologi
Beberapa pendekatan
psikologis antara lain :[15]
1.
Pendekatan
struktural
Pendekatan ini dipakai oleh Wilhelm
Wundt. Struktur artinya sebuah bangunan yang terdiri atas berbagain unsur yang
satu sama lainnya berkaitan. Setiap perubahan yang terjadi pada sebuah unsure
struktur akan mengakibatkan perubahan hubungan antar unsure tersebut. Jadi,
hubungan antar unsure akan mengatur sendiri bila ada unsur yang berubah atau hilang.
Teori ini menyatakan bahwa pengalaman mental yang kompleks itu
sebenarnya adalah “struktur” yang terdiri atas keadaan mental -mental yang sederhana. Mereka bekerja atas
dasar premis bahwa bidang usaha psikologi itu terutama adalah menyelidiki
“struktur” kesadaran dan mengembangkan hukum-hukum
pembentukannya. Pendekatan mereka yang utama adalah dengan analisis
instropektif. Aliran ini berpendapat bahwa untuk mempelajari kejiwaan, kita
harus mempejari isi dan struktur kejiwaan dengan menggunakan metode instropeksi
atau mawas diri, yaitu orang yang menjalani percobaan diminta untuk
menceritakan kembali pengalamannya atau perasaannya setelah ia melakukan suatu
eksperimen.
Pendekan struktural dalam
studi Islam ini khususnya dalam pendekatan psikologi adalah sebuah upaya untuk memahami Islam sebagai sebuah agama yang merupakan akumulasi dari sekian banyak unsur dan dimensi
yang terjalin menjadi satu membentuk
konstruksi atau bangunan Islam itu sendiri yang mencerminkan sisi psikologis
dalam Islam. Ini karena bagaimanapun Islam dalam dirinya merupakan
sebuah bangunan yang masing-masing bagiannya mempunyai peran serta posisi
tertentu clan menemukan maknanya ketika tidak terlepas dari unsur atau
bagiannya yang lain.
Pendekatan struktural ini juga
akan semakin
menemukan
urgensinya k e t i k a d i c o b a u n t u k m e n e r o p o n g I s l a m d a l a m r e al i t a s d
a n p
r a k t e k s keberagamaan umatnya. Dalam realitas kehidupan
umat, sering ditemukan adanya benturan -benturan ideologis dan kepentingan dari umat
Islam itu sendiri. Padahal Islam
yang dianut
adalah
satu
yaitu agama
atau ajaran ilahi
yang disampaikan melalui personal Nabi Muhammad SAW. Karena banyaknya kepentingan dan
perbedaan penekanan dalam memahami Islam, tidak jarang dalam praktek
umatnya, Islam
muncul sebagai sesuatu yang
terpisah -pisah
sehingga Islam terkesan parsial. Terlebih lagi dengan sering munculnya klaim-
klaim kebenaran subjektif
dari orang-orang yang berbeda dalam
memahami Islam
membawa kepada perpecahan Berta sekian banyak implikasi negatif lainnya.[16]
2.
Pendekatan
Funsional
Pendekatan ini pertama digunakan oleh William James (1910 M) ia adalah
penemu laboratorium psikologi pertama di Amerika pada Universitas Harward. Pendekatan Fungsional adalah pendekatan yang
dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh
terhadap tingkah laku hidup individual dalam kehidupannya.
Pendekatan fungsional ini lebih
menekankan pada apa tujuan dan fungsi dari pengalaman mental untuk menyesuaikan
diri terhadap lingkungan sekitar. Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam
psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses, mental, persepsi indrawi dan
emosi adalah adaptasi organisme biologis. Sebagai suatu jenis psikologi yang
menggarisbawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental.
Pendekatan ini dilakukan untuk mempelajari bagaimana
agama dapat berpengaruh pada tingkah laku individu di dalam kehidupannya.
Norma-norma yang sudah diatur dalam agama, akan menjadi suatu kewajiban yang
harus dilaksanakan, sehingga akan tercermin dari perilakunya.
3.
Pendekatan
Psikonalisis
Pendekatan Psikoanalisis adalah sebuah usaha atau cara mendekati
melalui model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan
metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran
utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga atau
disebut juga kekuatan ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik. Pendekatan ini pertama
kali dilakukan oleh Sigmung Freud (1856-1939). Penting untuk diingat bahwa Freud adalah pencipta
pendekatan psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru
kepada psikologi dan menemukan cakrawala-cakrawala baru. Misalnya, membangkitkan minat terhadap motivasi tingkah laku. Freud
juga mengundang banyak kontroversi, eksplorasi, penelitian, dan menyajikan
landasan tempat bertumpu sistem-sistem yang muncul kemudian.
Psikologi Islam memandang teori psikoanalisis
terlalu menyederhanakan kompleksitas manusia. Teori ini hanya berdasarkan
fisiologis tanpa menyelaraskan dengan kebutuhan spiritual. Dalam struktur
kepribadian yang dikembangkan Freud jika dikomparasi secara psikologi Islam
seperti yang diungkapkan Imam Ghazali, yaitu nafsu, akal, dan qalbu. Nafsu
diakumulasikan dorongan untuk bertindak yang sudah di intregasikan melalui olah
akal, sentuhan rohani dengan berlandaskan agama dan moral. Tidak semua konsepsi
pendekatan psikoanalisis dipahami tidak cocok dari sudut pandang psikologi Islam.
Setidaknya psikilogi Islam sepakat dengan pemahaman psikoanalisis bahwa manusia
mempunyai potensi dalam dirinya untuk diaktualisasikan.[17]
Penggunaan pendekatan ini
sangat penting dalam pendekatan psikogis Islam dikarenakan pendekatan psikoanalisis
ini dilakukan untuk menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian
seseorang dan hubungannya dengan penyakit-penyakit jiwa.[18]
D.
Problematika (Kelemahan & Kelebihan) Pendekatan
Psikologis
Teori-teori ini banyak dikembangkan di
Negara-negara Barat yang mayoritas penduduknya adalah non muslim.
Teori-teori inilah yang kemudian diadopsi ke dalam
psikologi agama yang digunakan dalam mengkaji studi Islam. Karenanya
memungkinkan untuk menampilkan Islam secara parsial atau tidak utuh. Karena
titik berankatnya pembahasan ini adalah konsep psikologi, sehingga sering kali membuat kita terjebak,
yaitu memandang persoalan lebih berangkat dari pemahaman tentang Islam sendiri.
Oleh karena itu setiap kali menggunakan pendekatan psikologi yang tentu saja
berasal dari teori Barat,
seyogyanya selalu dikembalikan kepada al- Qur’an dan al-Hadist, jangan sampai kemudian teori-teori dan
pendekatan psikologi justru bertentangan dengan umat Islam.
Kelemahan lain yang juga akan timbul adalah
pendekatan ini nampaknya bersifat asumtif dan individualis, sehingga tidak
komprehensif. Bahkan pendekatan ini hanya berbicara kelakuan
para pemeluk agama yang belum tentu
mencerminkan agama Islam itu sendiri. Pendekatan seperti ini bisa menyebabkan orang lain terkadang salah dalam
menilai Islam. Misalnya sering kali orang muslim melanggar aturan lalu lintas,
atau aturan lain yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, bias jadi
hal ini menyebabkan penilaian orang lain terhadap Islam akan bedampak negatif.
Memang setiap pendekatan mempunyai manfaat dan
problematika, termasuk dengan pendekatan psikologi agama. Melalui pendekatan
psikologis ini kita dapat memberikan penjelasan secara ilmiah terhadap berbagai
problem persoalan keagamaan seseorang yang meliputi sikap dan tingkah laku
lahir (sikap dan
tindakan serta cara bereaksi) serta sikap dan tingkah laku batin (cara berfikir, merasa,atau sikap emosi).[19] Psikologi agama
juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan dan menanamkan ajaran agama Islam
ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan pengetahuan
ini, maka dapat disusun langkah-langkah baru yang lebih efesien dalam
menanamkan ajaran agama Islam, baik untuk masa sekarang, maupun dimasa yang
akan datang. Itulah sebabnya pendekatan psikologi agama ini banyak digunakan
sebagai alat untuk menjelaskan sikap keberagamaan seseorang. Dengan demikian
seseorang akan memiliki tingkat kepuasan tersendiri dalam agamanya, karena
seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan agama.[20]
E.
Contoh
Pendekatan Psikologi
Adapun contoh psikologi agama yang digunakan dalam kajian
Islam dan umat Islam dapat dilihat dalam ritual manusia dalam agama yang di
yakininya. Contohnya antara lain, orang yang meresapi dalam membaca dan
memahami al-Qur’an hatinya akan tergerak untuk mewujudkan perilaku menjadi lebih
baik dalam kepribadiannya, saat meresapi ayat-ayat al-Qur’an ia akan menjadi
tenang hatinya, dan ayat-ayat al-Qur’an menjadi penyejuk sekaligus obat bagi
keresahan hatinya. Ia juga akan takut dan menjauhi perilaku-perilaku buruk saat
meresapi ancaman-ancaman Allah yang dahsyat yang dijanjikan bagi mereka yang
ingkar pada Allah.
Dalam contoh ini, antara satu Orang
dengan orang lain biasa berbeda
hasilnya, hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu, factor intern dan factor
ekstern. Factor intern (dalam diri) yang bisa mempengaruhi seseorang adalah
dari kepribadiannya. Secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan
mempengaruhi jiwa seseorang. Adapun factor ekstern adalah factor luar diri
seseorang(lingkungan di mana dia berada). Semakin baik lingkungan yang
ditinggali, maka perilaku keagamaan seseorang
akan semakin banyak mempengaruhi seseorang untuk berbuat hal yang sama, yaitu
meningkatkan kualitas diri dalam melaksanakan perintah agama dan meninggalkan
segala larangan agama. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh masyarakat dan
lingkungan dalam menjalankan perintah agama, maka akan berpengaruh terhadap
semangat dan perilaku seseorang dalam menjalankan agama.
Contoh lain yaitu penyebaran Islam oleh Walisongo di
Nusantara. Walisongo dinilai sebagai sosok para ulama yang sekaligus
psikolog karena
mampu membaca fenomena masyarakat yang ketika
itu telah menganut kepercayaan
Hindu dan Kejawen. Tetapi, Walisongo
adalah pribadi-pribadi yang terbentuk melalui dasar-dasar nilai Islam yang memiliki kearifan dalam
bersikap serta memiliki
keimanan
yang kokoh,
sehingga secara pribadi,
para wali mudah
menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial
budaya yang
berbeda. Sementara secara
sosial, para wali tersebut
mudah
diterima masyarakat sekalipun memberikan pandangan keagamaan yang
berbeda. Bahkan pada akhirnya Walisongo mewarnai berbagai perangkat
kehidupan dalam bidang sosial,
budaya, pendidikan
(pesantren), bahkan pemerintahan, hingga akhirnya Islam benar-benar menjadi agama
mayoritas
di Tanah Jawa.
Sementara masyarakat Jawa yang pada
masa Walisongo sebelumnya
telah menganut kepercayaan
Jawa
dan sebagian agama
Hindu, yang tentunya
juga
memiliki kondisi sosial-budaya
sesuai agama dan
kepercayaannya itu.
Di tengah
kondisi
masyarakat yang telah
memiliki karakter dan latar belakang
sosial budaya, psikologis, dan
kondisi
politik pemerintahannya, menjadikan pertimbangan Walisongo untuk menentukan strategi
dan
metode dakwah yang fleksibel dengan pendekatan psikologi dan mampu membangun
citra positif.
Misalnya
melakukan pendekatan psikologi melalui
akulturasi budaya yang
menghasilkan kesenian wayang
yang ceritanya bernuansa Islam,
tembang-tembang Jawa
(Lir
Ilir, Cublak-cublak
Suweng), tradisi
tahlilan,
mitoni,
slametan
(bancakan). Walisongo
tidak frontal menolak dan meniadakan tradisi masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan Islam
sekalipun dalam bentuk
pemujaan terhadap roh leluhur, sehingga masyarakat tidak menolak secara frontal atas
kehadiran Walisongo yang menawarkan Islam. Di sinilah sikap arif Walisongo untuk menerima
realitas kondisi psikologis
dan sosial masyarakat.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil simpulan
sebagai berikut:
1. Psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa dan tingkah laku manusia
serta prosesnya. Sedangkan pendekatan psikologi merupakan usaha untuk
memperoleh sisi ilmiah dari aspek-aspek batini pengalaman keagaan seseorang.
2. Sejarah psikologi bermula sejak manusia diciptakan Tuhan semesta alam di
muka bumi, kemudian terus dikembangkan oleh para ahli, di antaranya dari
kalangan Islam adalah Hujjatul Islam Imam al Ghozali dalam kitabnya Ihya
‘Ulumuddin.
3. Beberapa teori pendekatan psikologi:
1)
Pendekatan
structural
2)
Pendekatan
Funsional
3)
Pendekatan
Psikonalis.
4. Kelemahan
Pendekatan Psikologi ini tidak murni dari dunia Islam yang memungkinkan untuk
menampilkan Islam secara parsial atau Islam yang tidak Kaffah Rohmatallil
‘Alamin. Selain itu penekanan bersifat asumtif. Sedangkan manfaat atau kelebihannya, kita dapat memberikan penjelasan secara ilmiah
terhadap berbagai problem persoalan keagamaan seseorang.
5. Di antara contoh
pendekatan psikologi antara lain, seseorang yang meresapi dalam membaca ayat-ayat
al-Qur’an hatinya akan tergerak untuk mewujudkan perilaku menjadi lebih
baikdalam kepribadiannya, akan tenang hatinya, dan ayat-ayat al-Qur’an menjadi
penyejuk sekaligus obat bagi jiwa dan raganya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab,
Psikologi Suatu Pengantar, dalam Perspektif Islam, Prenada Media , Jakarta, t.t, Cet. 2
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka
Cipta, Jakarta, 2003
http://digilib.uin-suka.ac.id/20670/1/11470118_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pd
Jalaludin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada , Jakarta, 2010
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam
Kontemporer, Amzah, Bandung, 2006
M.G. Husain, Psychology and Society in Islamic Perspective, Pusta, 1996, Terj Karsidi Diningrat,
Psikologi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan
Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015
Ramayulis, Psikologi Agama, Kalam Mulia, Jakarta, 2013, Cet-10
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2005
[2] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif
dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm.44
[5] Abdul Rahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar, dalam Perspektif Islam, Prenada Media , Jakarta, t.t, Cet. 2, hlm.5-6
[7] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif
dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm.81
[9] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif
dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm. x-xi
[10] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif
dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm.80
[11] http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/221/1696, diakses pada tanggal
14 Oktober 2017, Jam 19.34 WIB
[12] M.G. Husain, Psychology and Society in Islamic Perspective, Pusta, 1996, Terj Karsidi Diningrat, Psikologi dan
Masyarakat dalam Perspektif Islam hlm. 16
[14] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif
dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 81
[15] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif
dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 81
[16]http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/elhikam/article/download/1916/1419, diakses pada tanggal 2 Desember 2017
[17]http://digilib.uin-suka.ac.id/20670/1/11470118_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf, diakses pada tanggal 2 Desember 2017
[19] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif
dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm.83
[20] http://www.trendilmu.com/2015/11/Pendekatan.psikologi.Islam.html, diakses pada tanggal 14 Oktober
2017, Jam 19.34 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar