Minggu, 07 Januari 2018

MAKALAH PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM STUDI ISLAM

PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM STUDI ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang dibekali dengan berbagai potensi fitrah yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Potensi istimewa ini dimaksudkan agar manusia dapat mengemban dua tugas utama, yaitu sebagai khalifatullah di muka bumi dan juga abdi Allah untuk beribadah kepada-Nya. Manusia dengan berbagai potensi tersebut membutuhkan suatu proses pendidikan, sehingga apa yang akan diembannya dapat terwujud. H. M. Arifin, dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mengatakan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim baik secara lahir maupun batin, mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah SWT. Dengan demikian, hakikat cita-cita pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan, satu sama lain saling menunjang.
Islam merupakan salah satu agama yang besar di muka bumi ini, di Indonesia Islam berkembang sejak berdirinya Samudra Pasai di Aceh yang semula beragama Hindu , Budha, dan aliran kepercayaan.  Namun  sejak tahun  1990 pemeluk Islam mulai Menurun .  Menteri Agama saat, Surya Darma Ali (periode 2009-2014) mengatakan dari tahun ke tahun jumlah umat Islam terus mengalami penurunan. Padahal di sisi lain, jumlah penduduk di Inonesia terus bertambah. Semula jumlah muslim di Indonesia mencapai 95 % dari seluruh rakyat Indonesia. Secara perlahan terus berkurang menjadi 92 % turun lagi 90 % turun lagi 87 % turun lagi 85 %. Sungguh ironi jika kita hanya diam diri sebagai umat Islam. Allah telah berfirman “ Janganlah kamu sekali-kali mati, melainkan dalam beragama Islam. Islam harus disebarkan dengan cara santun sesuai dengan firman Allah SWT
اُدْعُ اِلى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَة...                                                       ِ
Arinya:“Ajaklah kepada Tuhanmu dengan cara yang bijaksana    dan dengan nasehat yang baik”.(QS. An-Nahl: 125).
Agar Islam tetap di muka bumi, maka muncullah berbagai pendekatan keilmuan dalam studi Islam selalu berkembang. Di antaranya pendekatan normatife, pendekatan filosofis, pendekatan  historis, pendekatan ilmu sosial, pendekatan fenomologis, dan berbagai pendekatan lainya. Penulis di sini akan lebih dalam membahas tentang Psikologis dalam Studi Islam mengapa demikian? Karena pendekatan tersebut langsung berhubungan dengan dengan jiwa (kedamaian, ketentraman jiwa) dan perilaku manusia.
Mempelajari psikologi kita bisa mengetahui aspek-aspek kepribadian, terlebih yang berhubungan dengan aspek perilaku keagamaan seseorang. Salah satu sikap kepribadian itu misalnya, sikap ketenangan dan kepuasan dalam diri seseorang,  sikap empati dan sebagainya.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan latar belakang di atas maka kami merumuskan hal-hal sebagai berikut:
1.      Apa pengertian  pendekatan psikologi studi Islam?
2.      Bagaimana sejarah dan perkembangan pendekatan psikologi dalam studi Islam?
3.      Apa macam-macam pendekatan psikologi studi Islam?
4.      Probelmatika (kelemahan & kekurangan) apa saja dalam pendekatan psikologi studi Islam?
5.      Apa contoh-contoh pendekatan psikologi?

C.    Tujuan Penulisan Makalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian  pendekatan psikologi studi Islam.
2.      Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan pendekatan psikologi dalam studi Islam.
3.      Untuk mengetahui macam-macam pendekatan psikologi studi Islam..
4.      Untuk mengetahui Probelmatika (kelemahan & kelebihan) pendekatan psikologi studi Islam.
5.      Untuk mengetahui contoh-contoh pendekatan psikologi


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendekatan Psikologi Studi Islam
Pendekatan Psikologis terdiri dari dua suku kata, yaitu pendekatan dan psikologis. Pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu.[1] Pengertian pendekatan adalah proses perbuatan, cara mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian masalah penelitian. Dalam bahasa Inggris disebut “approach” dan dalam bahasa Arab disebut “madkhal”.[2]
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwani) manusia dengan lingkungannya. Psikologi secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu psyche dan logos yang  memiliki arti “Ilmu tentang jiwa”. sebagai kajian ilmiah, psikologi jelas mempunyai sifat teoritik, empirik dan sistematik.[3] Adapun secara umum psikologi mempelajari gejala-gejala manusia yang berkaitan dengan pikiran (cognisi), perasaan(emotion), dan kehendak(conasi). Dengan demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap perilaku manusia.[4] Banyak para ahli mendefinisikan pengertian tentang psikologi, namun penulis hanya mengemukakan tiga pakar saja untuk mewakili pemikiran para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Addul Rahman Shaleh dan Muhib Abdul Wahab yaitu menurut Plato, Aristoteles, dan Morgan C.T. King. Menurut Plato dan Aristoteles psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosessnya sampai alhir. Sedangkan menurut Morgan C.T. King bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.[5]
Pendekatan psikologi adalah usaha sisi ilmiah dari aspek-aspek batini pengalaman keagamaan. Suatu esensi pengalaman keagamaan itu benar-benar ada, dan bahwa dengan suatu esensi pengalaman tersebut dapat diketahui. Menurut Zakiayah Darajat perilaku seseorang yang nampak (lahirnya) tidak karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Dalam ajaran agama banyak kita jumpai istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin seseorang, misalnya sikap beriman dan taqwa, berbuat jujur, dzikir untuk menenangkan jiwa[6].
Pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang bertujuan untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama. Dalam pendekatan ini keadaan jiwa manusia dalam hubungannya dengan agama baik pengaruh maupun akibat. Pendekatan psikologis bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagamaan manusia yang dijelaskan dengan mengurai keadaan jiwa manusia.[7] Obyek kajian dalam hal ini adalah manusia, dalam pengertian tingkah laku manusia yang beragama, yakni gejala-gejala empiriris dari keagamaannya. Karenanya dalam pendekatan psikologis ini tidak mempelajari betul tidaknya suatu agama, tidak untuk menilai apakah agama itu diwahyukan Tuhan atau tidak[8]
Sedangkan pengertian studi Islam atau Islamic Studies atau Dirasat al-Islamiyah sebagaimana dikutip oleh Dr. Ma’mun Mu’min dalam bukunya, dapat dimaknai kajian Islam, Imam Ghazali menggunakan istilah “Ulumuddin”. Istilah studi menurut Lester Crow dan Alice Crow adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud memperoleh keterangan, pemahaman, dan meningkatkan suatu ketrampilan. Sementara Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, studi Islam adalah suatu usaha untuk mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan agama Islam.[9]
Jadi, Pendekatan Psikologi dalam studi Islam yaitu usaha untuk memperoleh sisi ilmiah dari aspek-aspek batin pengalaman keagamaan. Karena dalam ajaran agama sering kita menemukan istilah-istilah yang menggambarkan sikap batin seseorang, dengan ilmu jiwa ini selain kita mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama kedalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usia seseorang.

B.     Sejarah dan Perkembangan Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam
Sejarah psikologi Islam berawal dari sejarah manusia itu sendiri. Hanya pada masa itu belum dinamai psikologi, walaupun pada prakteknya telah nampak nilai-nilai psikologis. Psikologi saat itu hanya masuk dalam piranti etika dan filsafat. Pertumpahan darah yang pertama dalam sejarah kehidupan manusia karena dorongan nafsu ghadhab (amarah) dan kecemburuan yang berlebihan dari gejolak jiwa tak terkendali adalah realita tak terbantahkan dari perilaku psikologis umat manusia yang dapat dipahami dari cerita Qobil dan Habil. Kisah ini menjelaskan tentang motivasi psikologis yang menyimpang atau cemburu yang berlebihan dan pengaruhnya terhadap perilaku manusia.[10]
Perkembangan Psikologi dunia Islam terjadi pada pertengahan abad 9 M para sarjana Islam melakukan kajian–kajian tentang psikologi yang diilhami ole ide-ide al-Qur’an. Tokoh-tokoh seperti al-Qindy, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih, al-Raziy, kelompok Ikhwan al-Shafa, Ibnu Thufail, Ibnu Majah dan Ibnu Rusyd yang mengusung aliran psikologi dengan pendekatan falsafi. Sederetan tokoh tersebut sebenarnya lebih popular sebagai seorang filosof dari pada seorang psikolog. Namun mereka juga pantas dikategorikan sebagai psikologi falsafi. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa masa itu belum ada pemisahan antara disiplin ilmu, di samping bahwa konsep-konsep mereka banyak berkaitan dengan diskursus psikologi, seperti konsep tentang jiwa (al-nafs atau al-ruh). Ciri utama kelompok ini adalah sangat mengutamakan peran struktur al-‘aql yang puncaknya mampu  memperolelimpahan pengetahuan dari Allah melalui aqal faal. [11]
Al Qindy (185-260 H/ 801-873M)[12] misalnya, dipandang sebagai filosof muslim pertama yang membahas tentang psikologi tentang psikologi mengenai “Tidur dan Mimpi”. Dalam filsafat pertama ia membahas berbagai fungsi jiwa, dan tentang cara kerja pikiran manusia. Ibnu Sina (370-428 H / 980-1037 M) seorang filosof dan ahli kedokteran yang banyak memberikan sumbangan terhadap Psikologi Islam. Dalam bukunya yang termashur al Syifa membahas tentang Jiwa, eksistensinya hubungan jasmani rohani, sensasi, persepsi, dan aspek-aspek terkait lainnya. Dia membedakan antara persepsi internal dan persepsi eksternal. Dia juga menjelaskan beberapa emosi manuasia yang tidak dimiliki binatang, seperti heran, senyum, tangis, dan sebagainya. Di samping itu dia juga menerangkan beberapa penyakit somatick.[13].
Menurut Abdul Hamid al Hasyimi, seorang profesor psikologi di Raja Abdul Aziz sebagaimana dikutip oleh Dr. Ma’mun Mu’min menyatakan orang pertama yang menamai cabang ilmu yang mengkaji jiwa dan behavior atau perilaku manusia adalah al Ghazali.  Dalam kitabya yang sangat fenomenal “Ihya ‘Ulumuddin” banyak membahas tntang jiwa dan perilakumanusia, membagi struktur kerohanian manusia dalam empat dimensi, yaitu hati (qolbu), ruh, (al-ruh), akal, (al-aql), dan nafsu (an-nafs). Menurutnya keempat unsure-unsur itu masing-masing memikiki dua arti yaitu arti jasmaniyah dan arti  ruhaniyah.[14]

C.    Macam - Macam Pendekatan Psikologi
Beberapa pendekatan psikologis antara lain :[15]
      1.      Pendekatan struktural
       Pendekatan ini dipakai oleh Wilhelm Wundt. Struktur artinya sebuah bangunan yang terdiri atas berbagain unsur yang satu sama lainnya berkaitan. Setiap perubahan yang terjadi pada sebuah unsure struktur akan mengakibatkan perubahan hubungan antar unsure tersebut. Jadi, hubungan antar unsure akan mengatur sendiri bila ada unsur yang berubah atau hilang.
       Teori ini menyatakan bahwa pengalaman mental yang kompleks itu sebenarnya adalah “struktur” yang terdiri atas keadaan mental -mental yang sederhana. Mereka bekerja atas dasar premis bahwa bidang usaha psikologi itu terutama adalah menyelidiki “struktur” kesadaran dan mengembangkan hukum-hukum pembentukannya. Pendekatan mereka yang utama adalah dengan analisis instropektif. Aliran ini berpendapat bahwa untuk mempelajari kejiwaan, kita harus mempejari isi dan struktur kejiwaan dengan menggunakan metode instropeksi atau mawas diri, yaitu orang yang menjalani percobaan diminta untuk menceritakan kembali pengalamannya atau perasaannya setelah ia melakukan suatu eksperimen.
Pendekan struktural dalam studi Islam ini khususnya dalam pendekatan psikologi adalah sebuah upaya untuk memahami Islam sebagai sebuah agama yang merupakan akumulasi dari sekian banyak unsur dan dimensi yang terjalin menjadi satu membentuk konstruksi atau bangunan Islam itu sendiri yang mencerminkan sisi psikologis dalam Islam. Ini karena bagaimanapun Islam dalam dirinya merupakan sebuah bangunan yang masing-­masing bagiannya mempunyai peran serta posisi tertentu clan menemukan maknanya ketika tidak terlepas dari unsur atau bagiannya yang lain.
Pendekatan  struktural  ini  juga  akan  semakin  menemukan urgensinya k e t i k a d i c o b a u n t u k m e n e r o p o n g I s l a m d a l a m r e al i t a s d a n p r a k t e k  keberagamaa umatnya Dala realita kehidupan umat serin ditemuka adany benturan -bentura ideologis dan kepentingan  dari  umat  Islam  itu  sendiri.  Padahal  Islam  yandianut adalah  satu  yaitu  agama  atau  ajaran  ilahi  yandisampaikan  melalui personal Nabi Muhammad SAW. Karena banyaknya kepentingan dan perbedaa penekana dala memaham Islam tidak   jaran dalam praktek  umatnya,  Islam  muncul  sebagai  sesuatu  yang  terpisah -pisah sehingga Islam terkesan parsial. Terlebih lagi dengan sering munculnya klaim- klaim kebenaran subjektif dari orang-orang yang berbeda dalam memahami Islam membawa kepada perpecahan Berta sekian banyak implikasi negatif lainnya.[16]
           2.      Pendekatan Funsional
       Pendekatan ini pertama digunakan oleh William James (1910 M) ia adalah penemu laboratorium psikologi pertama di Amerika pada Universitas Harward. Pendekatan Fungsional adalah pendekatan yang dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh terhadap tingkah laku hidup individual dalam kehidupannya.
        Pendekatan fungsional ini lebih menekankan pada apa tujuan dan fungsi dari pengalaman mental untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses, mental, persepsi indrawi dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Sebagai suatu jenis psikologi yang menggarisbawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental.
Pendekatan ini dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berpengaruh pada tingkah laku individu di dalam kehidupannya. Norma-norma yang sudah diatur dalam agama, akan menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan, sehingga akan tercermin dari perilakunya.
          3.      Pendekatan Psikonalisis
     Pendekatan Psikoanalisis adalah sebuah usaha atau cara mendekati melalui model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga atau disebut juga kekuatan ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik. Pendekatan ini pertama kali dilakukan oleh Sigmung Freud (1856-1939). Penting untuk diingat bahwa Freud adalah pencipta pendekatan psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru kepada psikologi dan menemukan cakrawala-cakrawala baru. Misalnya, membangkitkan minat terhadap motivasi tingkah laku. Freud juga mengundang banyak kontroversi, eksplorasi, penelitian, dan menyajikan landasan tempat bertumpu sistem-sistem yang muncul kemudian.
Psikologi Islam memandang teori psikoanalisis terlalu menyederhanakan kompleksitas manusia. Teori ini hanya berdasarkan fisiologis tanpa menyelaraskan dengan kebutuhan spiritual. Dalam struktur kepribadian yang dikembangkan Freud jika dikomparasi secara psikologi Islam seperti yang diungkapkan Imam Ghazali, yaitu nafsu, akal, dan qalbu. Nafsu diakumulasikan dorongan untuk bertindak yang sudah di intregasikan melalui olah akal, sentuhan rohani dengan berlandaskan agama dan moral. Tidak semua konsepsi pendekatan psikoanalisis dipahami tidak cocok dari sudut pandang psikologi Islam. Setidaknya psikilogi Islam sepakat dengan pemahaman psikoanalisis bahwa manusia mempunyai potensi dalam dirinya untuk diaktualisasikan.[17]
Penggunaan pendekatan ini sangat penting dalam pendekatan psikogis Islam dikarenakan pendekatan psikoanalisis ini dilakukan untuk menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian seseorang dan hubungannya dengan penyakit-penyakit jiwa.[18]

D.    Problematika (Kelemahan & Kelebihan) Pendekatan Psikologis
 Teori-teori ini banyak dikembangkan di Negara-negara Barat yang mayoritas penduduknya adalah non muslim. Teori-teori inilah yang kemudian diadopsi ke dalam psikologi agama yang digunakan dalam mengkaji studi Islam. Karenanya memungkinkan untuk menampilkan Islam secara parsial atau tidak utuh. Karena titik berankatnya pembahasan ini adalah konsep psikologi, sehingga sering kali membuat kita terjebak, yaitu memandang persoalan lebih berangkat dari pemahaman tentang Islam sendiri. Oleh karena itu setiap kali menggunakan pendekatan psikologi yang tentu saja berasal dari teori Barat, seyogyanya selalu dikembalikan kepada al- Qur’an dan al-Hadist, jangan sampai kemudian teori-teori dan pendekatan psikologi justru bertentangan dengan umat Islam.
Kelemahan lain yang juga akan timbul adalah pendekatan ini nampaknya bersifat asumtif dan individualis, sehingga tidak komprehensif.  Bahkan pendekatan ini hanya berbicara kelakuan para pemeluk agama yang belum tentu mencerminkan agama Islam itu sendiri. Pendekatan seperti ini bisa menyebabkan orang lain terkadang salah dalam menilai Islam. Misalnya sering kali orang muslim melanggar aturan lalu lintas, atau aturan lain yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, bias jadi hal ini menyebabkan penilaian orang lain terhadap Islam akan bedampak negatif.
Memang setiap pendekatan mempunyai manfaat dan problematika, termasuk dengan pendekatan psikologi agama. Melalui pendekatan psikologis ini kita dapat memberikan penjelasan secara ilmiah terhadap berbagai problem persoalan keagamaan seseorang yang meliputi sikap dan tingkah laku lahir (sikap dan tindakan serta cara bereaksi) serta sikap dan tingkah laku batin (cara berfikir, merasa,atau sikap emosi).[19] Psikologi agama juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan dan menanamkan ajaran agama Islam ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan pengetahuan ini, maka dapat disusun langkah-langkah baru yang lebih efesien dalam menanamkan ajaran agama Islam, baik untuk masa sekarang, maupun dimasa yang akan datang. Itulah sebabnya pendekatan psikologi agama ini banyak digunakan sebagai alat untuk menjelaskan sikap keberagamaan seseorang. Dengan demikian seseorang akan memiliki tingkat kepuasan tersendiri dalam agamanya, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan agama.[20]

E.     Contoh Pendekatan Psikologi
Adapun contoh psikologi agama yang digunakan dalam kajian Islam dan umat Islam dapat dilihat dalam ritual manusia dalam agama yang di yakininya. Contohnya antara lain, orang yang meresapi dalam membaca dan memahami al-Qur’an hatinya akan tergerak untuk mewujudkan perilaku menjadi lebih baik dalam kepribadiannya, saat meresapi ayat-ayat al-Qur’an ia akan menjadi tenang hatinya, dan ayat-ayat al-Qur’an menjadi penyejuk sekaligus obat bagi keresahan hatinya. Ia juga akan takut dan menjauhi perilaku-perilaku buruk saat meresapi ancaman-ancaman Allah yang dahsyat yang dijanjikan bagi mereka yang ingkar pada Allah.
Dalam contoh ini, antara satu Orang dengan orang lain biasa berbeda hasilnya, hal ini dipengaruhi oleh dua hal yaitu, factor intern dan factor ekstern. Factor intern (dalam diri) yang bisa mempengaruhi seseorang adalah dari kepribadiannya. Secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi jiwa seseorang. Adapun factor ekstern adalah factor luar diri seseorang(lingkungan di mana dia berada). Semakin baik lingkungan yang ditinggali, maka perilaku keagamaan seseorang akan semakin banyak mempengaruhi seseorang untuk berbuat hal yang sama, yaitu meningkatkan kualitas diri dalam melaksanakan perintah agama dan meninggalkan segala larangan agama. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh masyarakat dan lingkungan dalam menjalankan perintah agama, maka akan berpengaruh terhadap semangat dan perilaku seseorang dalam menjalankan agama.
Contoh lain yaitu penyebaran Islam oleh Walisongo di Nusantara. Walisongo dinilai sebagai sosok para ulama  yang sekaligus psikolog karena mampu membaca fenomena masyarakat yang ketika itu telah menganut kepercayaan Hindu dan Kejawen. Tetapi, Walisongo adalah pribadi-pribadi yang terbentuk melalui dasar-dasar nilai Islam yang memiliki kearifan dalam bersikap serta memiliki keimanan yang kokoh, sehingga secara pribadi, para wali mudah menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial budaya yang berbeda. Sementara secara sosial, para wali tersebut mudah diterima masyarakat sekalipun memberikan pandangan keagamaan yang berbeda. Bahkan pada akhirnya Walisongo mewarnai berbagai perangkat kehidupan dalam bidang sosial, budaya, pendidikan (pesantren), bahkan pemerintahan, hingga akhirnya Islam benar-benar menjadi agama mayoritas di Tanah Jawa.
Sementara masyarakat Jawa yang pada masa Walisongo sebelumnya telah menganut kepercayaan Jawa dan sebagian agama Hindu, yang tentunya juga memiliki kondisi sosial-budaya sesuai agama dan kepercayaannya itu. Di tengah kondisi masyarakat yantelamemilikkaraktedalatabelakang sosial budaya, psikologis, dan kondisi politik pemerintahannya, menjadikan pertimbangan Walisongo untuk menentukan strategi dan metode dakwah yang fleksibel dengan pendekatan psikologi dan mampu membangun citra positif.  Misalnya melakukan pendekatan psikologi melalui akulturasi budaya yang menghasilkan kesenian wayang yang ceritanya bernuansa Islam, tembang-tembang Jawa (Lir Ilir, Cublak-cublak Suweng), tradisi tahlilan, mitoni, slametan (bancakan). Walisongo tidak frontal menolak dan meniadakan tradisi masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan Islam sekalipun dalam bentuk pemujaan terhadap roh leluhur, sehingga masyarakat tidak menolak secara frontal atas kehadiran Walisongo yang menawarkan Islam. Di sinilah sikap arif Walisongo untuk menerima realitas kondisi psikologis dan sosial masyarakat.


BAB II
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa dan tingkah laku manusia serta prosesnya. Sedangkan pendekatan psikologi merupakan usaha untuk memperoleh sisi ilmiah dari aspek-aspek batini pengalaman keagaan seseorang.
2. Sejarah psikologi bermula sejak manusia diciptakan Tuhan semesta alam di muka bumi, kemudian terus dikembangkan oleh para ahli, di antaranya dari kalangan Islam adalah Hujjatul Islam Imam al Ghozali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin.
3.    Beberapa teori pendekatan psikologi:
1)        Pendekatan structural
2)        Pendekatan Funsional
3)        Pendekatan Psikonalis.
           4.  Kelemahan Pendekatan Psikologi ini tidak murni dari dunia Islam yang memungkinkan untuk menampilkan Islam secara parsial atau Islam yang tidak Kaffah Rohmatallil ‘Alamin. Selain itu penekanan bersifat asumtif. Sedangkan manfaat atau kelebihannya, kita dapat memberikan penjelasan secara ilmiah terhadap berbagai problem persoalan keagamaan seseorang.     
          5.  Di antara contoh pendekatan psikologi antara lain, seseorang yang meresapi dalam membaca ayat-ayat al-Qur’an hatinya akan tergerak untuk mewujudkan perilaku menjadi lebih baikdalam kepribadiannya, akan tenang hatinya, dan ayat-ayat al-Qur’an menjadi penyejuk sekaligus obat bagi jiwa dan raganya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar, dalam Perspektif Islam, Prenada Media , Jakarta, t.t, Cet. 2
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003
http://digilib.uin-suka.ac.id/20670/1/11470118_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pd
Jalaludin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada , Jakarta, 2010
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Amzah, Bandung, 2006
M.G. Husain, Psychology and Society in Islamic Perspective, Pusta, 1996, Terj Karsidi Diningrat, Psikologi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam
Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015
Ramayulis, Psikologi Agama, Kalam Mulia, Jakarta, 2013, Cet-10
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2005



[1]  M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Amzah, Bandung, 2006, hlm.58
[2] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm.44
[3] Ramayulis, Psikologi Agama, Kalam Mulia, Jakarta, 2013, Cet-10, hlm.5
[4] Jalaludin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada , Jakarta, , 2010, hlm. 7
[5] Abdul Rahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar, dalam Perspektif Islam, Prenada Media , Jakarta, t.t, Cet. 2,  hlm.5-6
[6] Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2005, hlm.18
[7] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm.81
[8] Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010, hlm. 15-16
[9] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm. x-xi
[10] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm.80
[11] http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/221/1696, diakses pada tanggal  14 Oktober 2017, Jam 19.34 WIB
[12] M.G. Husain, Psychology and Society in Islamic Perspective, Pusta, 1996, Terj Karsidi Diningrat, Psikologi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam hlm. 16
[13] Ibid hlm. 17
[14] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 81
[15] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 81
[18] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 19
[19] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea Press, Yogyakarta, 2015, hlm.83
[20] http://www.trendilmu.com/2015/11/Pendekatan.psikologi.Islam.html, diakses pada tanggal  14 Oktober 2017, Jam 19.34 WIB 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar