MAKALAH PENYAKIT HATI DAN PENYAKIT MORAL
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam diri setiap manusia terdapat satu raja yang dapat menentukan
ke arah mana manusia menempuh jalan yaitu hati. Hati lebih identik dengan
namanya jiwa, sedang menurut dalam al-Quran jiwa (nafs) mempunyai banyak
definisi misalnya dalam surat Yusuf ayat 53:
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِي اِنَّ
النَفْسَ لَاَ مَّارَةٌ بِالسُّوْءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya:
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku terbebas (dari kesalahan), karna
sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang
diberi rahmat dari Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun Maha
Penyayang”.[1]
Dari ayat ini dapat diambil definisi nafsu ada dua pengertian
yakni: nafsu ialah sesuatu yang mendorong kepada kejahatan dan nafsu ialah
sesuatu yang bisa mendorong kebaikan jika diberi rahmat dari Allah. Moral lebih
condong kepada perilaku, baik yang terpuji maupun yang tercela.
Tidak semua hati itu sehat sebagaimana disebutkan dalam surat Yunus
ayat 53, akan tetapi ada hati yang sakit. Dimana hati yang sakit tersebut
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi buruknya moral dalam diri setiap
insan. Penyakit hati ini yang lebih berbahaya dari pada penyakit pada anggota
tubuh, tetapi jarang orang mementingkan tentang penyakit hati yang dideritanya.
Bahkan, banyak yang tidak menyadari bahwa hatinya sudah terjangkit penyakit
sampai pada akhirnya hati tidak bisa menentukan mana yang baik dan mana yang
buruk ini merupakan salah satu tanda matinya hati.
B.
Rumusan Masalah
Dalam pendahuluan menyatakan bahwa manusia itu mempunyai hati dan
ada penyakit hati serta akibatnya. Sehingga dapat ditarik suatu permasalahan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
hati manusia itu dapat terjangkit suatu penyakit yang mengakibatkan buruknya
moral?
2.
Bagaimana
menurut pandangan al-Quran, serta macamnya mengenai penyakit hati dan moral?
3.
Bagaimana
cara mengatasi problema yang dihadapi oleh setiap manusia mengenai penyakit
hati dan penyakit moral?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Penyakit Hati & Penyakit Moral
Hati atau qalb bermakna membalikkan atau memalingkan. Hati
adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata kepala, dan merupakan
tempat menerima perasaan kasih sayang, pengajaran, pengetahuan, berita,
ketakutan, keimanan, keislaman, keihsanan, dan ketauhidan. Sedangkan Menurut asal katanya
“moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi
“aturan kesusilaan”. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua
norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Selain itu, moral merupakan
pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran
yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). [2]
Adapun
penyakit hati adalah penyakit yang diderita oleh seseorang yang memiliki hati
yang kotor, hati yang jauh dari tuntunan agama dan orang yang terkena penyakit
hati akan merasa tidak aman; tentram dan damai baik hati maupun dalam
kehidupannya. Sedangkan penyakit moral adalah suatu penyakit yang mengakibatkan
buruknya tingkah laku seseorang yang mengakibatkan kerugian pada diri sendiri
maupun oranglain.
B.
Penyebab Terjangkitnya Penyakit Hati Dalam Diri Manusia Dan
Akibatnya Bagi Moral
Penyakit hati tidak akan mendatangkan kematian. Sakitnya hati akibat
kebodohan atau kejahilan yang mutlak. Selain itu, yang memperparah sakitnya
hati adalah penyakit syubhat atau nafsu syahwat yang menggerogoti jiwa. Selain
itu sesungguhnya kehilangan, penyimpangan, ataupun tidak adanya pengetahuan
terhadap dasar-dasar pendidikan rumah dan sekolah yang benar-benar dibangun
diatas prinsip akhlak yang benar dan yang disandarkan pada ajaran samawi yang
benar merupaka penyebab utama bagi timbul dan tumbuhnya penyakit hati. Hati
yang sudah terjangkit penyakit maka ia akan sulit menerima masukan, saran,
serta hidayahpun tidak hinggap pada hati yang sakit atau bahkan yang mati.
Sehingga apa yang disarankan kepada dirinya segalanya menjadi fitnah atau
musibah baginya.[3]
Adapun
akibat dari terjangkitnya penyakit dalam hati akan menimbulkan buruknya moral
dalam diri seseorang yang sakit hatinya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT
surat Al-Ahzab ayat 32 sebagai berikut:
... فَيَطْمَعَ الَّذِيْ فِي قَلْبِه مَرَضٌ
وَّقَلْنَ قَولاً مَعْرُوفاً
Artinya:
“… sehingga
bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya”.
Maksud dari
“ada penyakit dalam hatinya” adalah orang yang mempunyai niat berbuat
serong dengan perempuan, seperti melakukan zina.[4]
Jadi sakitnya hati akibat menyepelekan hal syubhat dan tidak bisa mengontrol
syahwatnya atau kebodohan serta kejahilannya akan menimbulkan buruknya moral yakni
melanggar asusila serta hukum agama,
misalnya berbuat zina, mencuri, merampok, menyuap, korupsi, dan lain
sebagainya.
C.
Macam-Macam Penyakit Hati Dan Penyakit Moral Perspektif Al-Quran,
antara lain:
1.
Dendam
kepada orang lain
أَمْ حَسِبَ الَّذِيْنَ فّى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَن لَّنْ يُخْرِجَ
اللهُ أَضْغَنَهُم
Artinya:
“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit hati dalam
hati mereka mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan rasa dendam mereka?” (Muhammad:29)
Dalam al-Qur’an surat Muhammad ayat 29 sifat
dendam itu akan ditampakkan oleh Allah ketika seseorang sudah terjangkit
penyakit ini, karena sifat dendam adalah penyakit hati yang sangat mempengaruhi
mental atau kejiwaan seseorang, dan untuk mengusuir atau menghilangkan sangat
sulit. Hati yang terkena penyakit dendam maka ia mempunyai perasaan tidak
tenang dan gelisah dan merugikan diri sendiri serta orang lain.
2.
Dengki
(hasad)
وَدَّكَثِيرَ مِنْ أَهْلِ الكِتَبِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعدِ
إِيمَنِكُم كُفَّارًا حَسَدًا مِّن عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعدِ مَاتَبَيَّنَ
لَهُمُ الحَقُّ.
Artinya:
”sebagian ahli kitab itu mengiginkan untuk
mngembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman karena rasa dengki yang
timbul dari diri mereka sendiri, setelah sesuatu kebenaran bagi mereka”. (Al-Baqarah : 109)
Dengki atau hasad ialah sifat atau sikap tidak senang
melihat orang lain mendapatkan kenikmatan, kebaikan dan kedamaian dengan
berupaya melakukan kejahatan kepadanya agar kenikmatan, kebaikan dan kedamaian
itu berpindah kepada dirinya, dan ia merasa senang apabila orang yang dirampas
kebahagiaannya itu menderita. [5]
Dengki itu ada dua macam. Pertama adalah benci pada
kenikmatan yang diperoleh orang lan secara mutlak, dan ini sifat dengki yang sangat berbahaya. Dengkin yang kedua adalah sifat membenci kelebihan
yang dimiliki seseorang dan sangat menginginkan menjadi seseorang atau bahkan
melebihinya.
3.
Takabur (sombong atau angkuh)
Penyakit ini telah diisyaratkan di dalam ayat al-Quran
surat luqman ayat 18
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِنَاسِ وَلَا تَمسِ فِى الاَرْضِ مَرَحاً,
اِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ كُلُّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
Artinya:
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia
(karena sombong)dan janganlah berjalan
diatas muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang
sombong dan membanggakan diri.
Takabur adalah sikap menyombongkan diri karena merasa dirinya mempunyai banyak
kelebihan dan menganggap orang lain banyak mempunyai kekurangan. Keangkuhan dan
kesombongan adalah penyakit yang tidak disenangi oleh Allah sekaligus merusak
diri sendiri dan orang lain, karena biasanya sering menyertai sifat kezaliman.
Allah telah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya dan hamba – hamba-Nya. [6]
4.
Riya
وَلَا بِاليَومِ الاخِرِ وَ الَّذينَ يُنْفِقُونَ اَمْوَالَّهُم رِئَاءَ النَّاسِ وّلَا
يُؤْمِنُونَ بِا للهِ
Artinya:
“dan (juga) orang-orang yang mengingfakkan hartanya
karena riya’ kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji), dan orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah dan kepada hari akhir….” (An-Nisa’:38)
Kata riya’ berasal dari kata ru’yah yang
berarti penglihatan manusia. Sesuatu itu akan disebut riya’, bila ingin dilihat
oleh orang. Riya’ adalah sikap atau perilaku yang suka menonjolkan diri untuk
mendapat pujian, yaitu memamerkan dirinya sebagai orang yang taat dan kepada
Allah dengan melakukan serangkaian ibadah, tetapi karena mengharap pujian dan
sanjungan dari orang lain bukan karna ketulusan dan keikhlasan.[7]
5.
Buruk
sangka (su’uzhzhan)
يَاَيُّهَالَّذِينَ امَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ,
اِنَّ بَعْضَ الظَنِّ اثْمٌ
Artinya:
“wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah
banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa” (Qs. Al-Hujurat: 12)
Buruk sangka (su’uzhzhan) ialah sikap yang selalu curiga
atau berpendapat negatif kepada sesuatu masalah atau kondisi. Jika terjadi sesuatu masalah atau peristiwa, hal itu
selalu disandarkan kepada sebab musabab yang tidak baik.
6.
Dusta
(kadzib)
اِنَّ اللهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كَذِبٌ كَفَّارٌ
Artinya:
“Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta
dan orang-orang yang sangat ingkar” (Qs. Az- Zumar:3)
Dusta adalah sikap atau sifat yang suka
berbicara tidak benar dari kenyataan, apapun yang dikatakan hanya berupa
kebohongan, yang bertujuan ingin dengan sengaja menyebar fitnah dan berita
dusta kepada orang lain. Bahkan pendusta yang paling berat adalah orang yang
terang-terangan mendustakan ayat-ayat atau hukum Allah.
7.
Lalai
وَلَا تَكُونُواكَالَّذِينَ نَسُوااللهَ فَأَنْسَهُم اَنْفُسَهُمْ, اُولئِكَ
هُمُ الفسِقُونَ
“Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendri. Mereka itulah orang-orang
fasik.” (Qs. Al-Hasyr: 19)
Apabila seseorang telah melupakan Allah,
melupakan perintahNya yang harus dilaksanakan, melupakan
laranganNya yang harus ditinggalkan, maka Allah akan memberikan hukuman dan
siksa dengan dua macam, yaitu:
a. Allah akan melupakannya, artinya Allah tidak akan memberikan pertolongan
untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dunia, bahkan terombang-ambing
dalam kesesatan dan kehinaan.
b. Allah akan menjadikan lupa pada dirinya sendiri, artinya tidak dapat
menemukan hakikat dirinya, citra dan jati dirinya. Ia tidak sadar bahwa setiap
apa yang dikerjakannya merupakan perbuatan dosa dan tercela. Bahkan, yang
paling fatal adalah ia tidak mengetahui bahwa dirinya tidak tahu, bodoh,
hatinya penuh penyakit-penyakit batin, bahkan ia tidak senang atas
keberadaannya.[8]
8.
Kikir
(bakhil)
Dalam ayat
al-Quran mengisyaratkan penyakit bakhil yakni pada surat Al-Isra’ayat 100
وَكَانَ الِانْسَانُ قَتُورًا
Artinya:
“Dan manusia itu memang sangat kikir.”
Kebanyakan tanda-tanda orang bakhil adalah
orang yang suka makan dan minum serta tergantung pada sesuatu yang cepat
hilang. Akibat terburuk yang dialami oleh orang kikir adalah penyakit takut mati yang dialami oleh
kebanyakan hati manusia. Dan sifat kikir ini lebih cenderung tidak mau
bersedekah untuk orang yang membutuhkan karna menurutnya bersedekah akan
mengurangi hartanya serta akan bisa membuatnya menjadi miskin. Hal ini bertolak
belakang dengan ajaran islam untuk berzakat dan bersedekah kepada saudara dan
kerabat dekat serta orang – orang miskin.[9]
9.
Hilang
perasaan malu
أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّاللهَ يَرَى
“bukanlah
ia mengetahui bahwasannya Allah melihat segala apa yang diperbuat” (Al-Alaq:14)
Al-Jurjani mengatakan bahwa perasaan malu
itu ialah perasaan tertekannya jiwa dari sesuatu, dan ingin meninggalkan
sesuatu itu secara berhati-hati, karna di dalamnya ada sesuatu yang tercela.
Dan malu terbagi menjadi dua:
a. Yang bersifat kejiwaan, seperti: Malu terbuka aurat dan bersetubuh di
depan orang lain.
b. Yang bersifat keimanan, seperti:
Seorang mukmin meninggalkan maksiat karena takut kepada Allah.
D.
Cara Mengatasi Problema Yang Dihadapi Oleh Setiap Manusia Mengenai
Penyakit Hati Dan Penyakit Moral
1)
Setiap
insan yang pernah terjangkit baik penyakit hati maupun moral untuk mengatasi
permasalahan ini ia harus bertaubat terlebih dahulu. Taubat meminta ampun
kepada Allah dengan penyesalan dan tidak akan mengulangi perbuatan – perbuatan
yang membuat tumbuh suburnya penyakit-penyakit hati, selanjutnya menghentikan
dosa dan bertekad kuat untuk tidak melakukannya.
2)
Untuk
mengatasi problema tentang penyakit hati dan moral dengan cara mengganti setiap
perkara yang buruk dengan kebaikan- kebaikan, antara lain:
1.
Mengganti
sikap pendendam dengan pemaaf, memaafkan kesalahan orang lain dan meminta maaf
jika melakukan kesalahan kepada orang lain salah satu cara untuk mengobati
penyakit hati dan moral.
2.
Mengganti
sikap takabur (sombong dan angkuh) dengan sikap rendah hati, tidak
membanggakan diri sendiri dan mencoba untuk tidak merendahkan orang lain.
3.
Riya’
atau sikap yang selalu memamerkan sesuatu kepada manusia, sikap ini sangat
tercela karna bagian dari syirik kecil. Sikap riya’ ini harus diganti dengan
sikap ikhlas. Ikhlas dalam melalukan hal ibadah dan semata-mata hanya untuk
Allah, serta menganggap pujian dan celaan adalah hal yang sama. Meniatkan
setiap apa yang kita lakukan hanya untuk Allah dan mengharap Ridho Allah.
4.
Buruk
sangka mengakibatkan hal yang fatal bagi yang berburuk sangka dan yang diburuk
sangkakan. Karna hal itu sikap selalu berburuk sangka kepada orang lain diubah
dengan sikap yang selalu berprasangka baik. Berprasangka baik itu tidak hanya
kepada manusia tetapi juga kepada Allah. Berbaik sangka akan memperbaiki hati
(menyehatkan hati). Berbaik sangka setiap apa yang ditakdirkan kepada kita
hambaNya bahwa setiap kejadian ada hikmah yang bermanfaat pada kita. Berbaik
sangka kepada sesama saudara akan dijamin oleh Allah surga. [10]
5.
Al-Quran
merupakan obat penawar atas segala penyakit yang ada dalam dada manusia dan
juga bagi siapa yang di dalam hatinya ada penyakit yang merusak pengetahuan,
pandangan hidup, dan merusak daya imajinasinya sehingga melihat sesuatau dengan
sebaliknya. Kata hikmah dan nasihat-nasihat yang baik bermanfaat untuk
mendorong dan memberikan semangat kerja, begitu juga dengan kisah-kisah yang
mendatangkan perumpumaan yang semuanya itu merupakan penawar hati dan
menjadikan hati sehat.[11]
Sebagaimana dalam firman Allah surat Al-Isra’ ayat 82
وَنُنَزِّلُ مِنَ القُرْانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَّرَحْمَةٌ
لِّلْمُؤْمِنِينَ...
“Dan
Kami menurunkan al-Quran suau yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman ...”
Dan surat yunus
ayat 57 yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
E.
Analisis
Menurut pendapat pemakalah memang benar setiap manusia yang
memiliki hati pasti mempunyai penyakit hati, karna setiap manusia diciptakan
untuk bertaubat dan menyembah Allah. Hal ini jika seseorang didalam hatinya
berbuat serong otomatis perilaku atau moralnya serong juga. Hati merupakan
pengendali dari setiap fikiran dan tindak perilaku, dan tak jarang orang yang
berpenyakit hati misalnya tidak suka dengan seseorang maka hati akan
menggerakkan anggota tubuh untuk memperlihatkan ketidaksukaannya baik disadari
maupun tidak disadari.
Adapun penyakit hati dan moral yang sering diderita oleh kebanyakan
orang menurut pemakalah adalah perasaaan dengki, iri , sombong, bahkan riya’
terhadap semua apa yang diperbuatnya baik dalam muamalah dengan sesama manusia
maupun saat bermuamalah kepada Allah. Bahkan, tak jarang membanggakan amal
ibadahnya yang sudah dilakukan yakni sikap ujub. Padahal apapun yang kita
lakukan sebagai umat akhir zaman pasti tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad , sahabat-sahabat beliau, tabi’in dan
tabiut tabi’in serta ulama – ulama terdahulu.
Setiap penyakit pasti ada obatnya karna Allah menurunkan setiap
obat untuk semua penyakit kecuali penyakit kematian. Dan sudah dipaparkan dalam
pembahasan beberapa obat yang harus dilakukan seseorang untuk menghilangkan penyakit
hati. Menurut pemakalah salah satu obat penawar penyakit yang ada dalam dada
adalah memilih teman yang baik, mengikuti kajian – kajian keislaman yang
menambah Iman sehingga lama kelamaan penyakit hati itu akan berkurang. Hati
setiap harinya membutuhkan nutrisi seperti tubuh, dan nutrisi hati salah
satunya pencerahan hati dan pencucian hati sehingga titik – titik hitam yang
membadel menutupi hati dapat terhapus dan cahaya hidayah hinggap dalam hati
serta menimbulkan perilaku dan moral yang baik atau akhlak yang mulia. Sebab,
akhlak yang mulia lebih berharga dari pada emas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di dalam
pembahasan dibahas tentang sebab penyakit hati dan moral, macam-macamnya serta
menanggulanginya sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Penyebab
terjangkitnya penyakit hati dalam diri manusia yang paling utama adalah
kebodohan atau kejahilan. Karna bodoh seseorang tidak tau cara bermuamalah
dengan baik antara sesema manusia dan kepada Allah. Sehingga orang-orang yang
bodoh tidak dapat menetukan yang haq dan bathil. Selanjutnya faktor dari
melakukan hal-hal yang syubhat syahwat yang selalu berdampingan yang
menyebabkan penyakit hati subur hinggap dalam dada manusia. Dan akibatnya bagi
moral adalah menimbulkan perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma-norma
baik norma agama, hukum dan asusila. Kesemua itu karena hati yang berpenyakit
yang memerintahkan untuk raga berbuat menyeleweng dari ketentuan.
2.
Macam-macam
penyakit hati dan penyakit moral adalah orang
yang selalu dengki dengan sesama, memiliki sifat pendendam, sombong dan angkuh,
lalai kepada Allah, kikir (bakhil), serta tidak memiliki rasa malu
3.
Cara
mengatasi problema yang dihadapi oleh setiap manusia mengenai penyakit hati dan
penyakit moral dengan mendekat kepada Allah dengan cara bertaubat dan tidak
mengulanginya lagi, sering-sering membaca al-Quran dan ceramah-ceramah untuk
menyinari hati, memilih teman yang baik, serta mengganti setiap perilaku yang
buruk dan menyimpang kepada perilaku yang baik sesuai dengan akhlaq al-Quran
dan mentauladani Nabi Muhammad saw.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Syarif. 2002. Psikologi Qurani. Pustaka Hidayah: Bandung
Amru Khalid. 2007. Hati Sebening Mata Air. Aqwam Jembatan Ilmu:
Solo.
Departemen
Agama RI. Tt. Alhidayah Al-Quran Tafsir Perkata
Tajwid Kode Angka. Kalim:
Banten.
Hamdani Bakran Adz-Dzaky.
2002. Konseling &
Psikoterapi Islam. Fajar Pustaka
Baru: Yogyakarta.
Syekh Ibnu Taimiyyah. 2004. Terapi Penyakit Hati. Gema Insani:
Jakarta.
[1]
Departemen Agama RI, tt, Alhidayah Al-Quran
Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka, Kalim:
Banten, Hal. 243.
[2] Hamdani
Bakran Adz-Dzaky, 2002, Konseling
& Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta, hal.47
[3] Syekh
Ibnu Taimiyyah, 2004, Terapi Penyakit Hati, Gema Insani: Jakarta, Hal.
13-14.
[5] Hamdani
Bakran Adz-Dzaky, 2002, Konseling
& Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta, hal.342
[7] Amru Khalid, 2007, Hati Sebening
Mata Air, Aqwam Jembatan Ilmu: Solo, Hal. 39
[8] Hamdani
Bakran Adz-Dzaky, 2002, Konseling
& Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta, hal.366
[9] Adnan Syarif, 2002, Psikologi
Qurani, Pustaka Hidayah: Bandung, Hal. 130
[11] Syekh Ibnu
Taimiyyah, 2004, Terapi Penyakit Hati,
Gema Insani: Jakarta, Hal:15.
Your Affiliate Money Printing Machine is waiting -
BalasHapusPlus, getting it running is as simple as 1 . 2 . 3!
It's super easy how it works...
STEP 1. Tell the system what affiliate products the system will advertise
STEP 2. Add push button traffic (it LITERALLY takes JUST 2 minutes)
STEP 3. Watch the affiliate system grow your list and sell your affiliate products for you!
Do you want to start making profits??
The solution is right here