Selasa, 09 Januari 2018

PENYAKIT HATI DAN PENYAKIT MORAL

MAKALAH PENYAKIT HATI DAN PENYAKIT MORAL

BAB I
PENDAHULUAN

     A.    Latar Belakang Masalah
Dalam diri setiap manusia terdapat satu raja yang dapat menentukan ke arah mana manusia menempuh jalan yaitu hati. Hati lebih identik dengan namanya jiwa, sedang menurut dalam al-Quran jiwa (nafs) mempunyai banyak definisi misalnya dalam surat Yusuf ayat 53:
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِي اِنَّ النَفْسَ لَاَ مَّارَةٌ بِالسُّوْءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya:
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku terbebas (dari kesalahan), karna sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat dari Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun Maha Penyayang”.[1] Dari ayat ini dapat diambil definisi nafsu ada dua pengertian yakni: nafsu ialah sesuatu yang mendorong kepada kejahatan dan nafsu ialah sesuatu yang bisa mendorong kebaikan jika diberi rahmat dari Allah. Moral lebih condong kepada perilaku, baik yang terpuji maupun yang tercela.
Tidak semua hati itu sehat sebagaimana disebutkan dalam surat Yunus ayat 53, akan tetapi ada hati yang sakit. Dimana hati yang sakit tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi buruknya moral dalam diri setiap insan. Penyakit hati ini yang lebih berbahaya dari pada penyakit pada anggota tubuh, tetapi jarang orang mementingkan tentang penyakit hati yang dideritanya. Bahkan, banyak yang tidak menyadari bahwa hatinya sudah terjangkit penyakit sampai pada akhirnya hati tidak bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk ini merupakan salah satu tanda matinya hati.


     B.     Rumusan Masalah
Dalam pendahuluan menyatakan bahwa manusia itu mempunyai hati dan ada penyakit hati serta akibatnya. Sehingga dapat ditarik suatu permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana hati manusia itu dapat terjangkit suatu penyakit yang mengakibatkan buruknya moral?
2.      Bagaimana menurut pandangan al-Quran, serta macamnya mengenai penyakit hati dan moral?
3.      Bagaimana cara mengatasi problema yang dihadapi oleh setiap manusia mengenai penyakit hati dan penyakit moral?


BAB II
PEMBAHASAN

     A.    Konsep Penyakit Hati & Penyakit Moral
Hati atau qalb bermakna membalikkan atau memalingkan. Hati adalah sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata kepala, dan merupakan tempat menerima perasaan kasih sayang, pengajaran, pengetahuan, berita, ketakutan, keimanan, keislaman, keihsanan, dan ketauhidan. Sedangkan Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Selain itu, moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). [2]
Adapun penyakit hati adalah penyakit yang diderita oleh seseorang yang memiliki hati yang kotor, hati yang jauh dari tuntunan agama dan orang yang terkena penyakit hati akan merasa tidak aman; tentram dan damai baik hati maupun dalam kehidupannya. Sedangkan penyakit moral adalah suatu penyakit yang mengakibatkan buruknya tingkah laku seseorang yang mengakibatkan kerugian pada diri sendiri maupun oranglain.

     B.     Penyebab Terjangkitnya Penyakit Hati Dalam Diri Manusia Dan Akibatnya Bagi Moral
Penyakit hati tidak akan mendatangkan kematian. Sakitnya hati akibat kebodohan atau kejahilan yang mutlak. Selain itu, yang memperparah sakitnya hati adalah penyakit syubhat atau nafsu syahwat yang menggerogoti jiwa. Selain itu sesungguhnya kehilangan, penyimpangan, ataupun tidak adanya pengetahuan terhadap dasar-dasar pendidikan rumah dan sekolah yang benar-benar dibangun diatas prinsip akhlak yang benar dan yang disandarkan pada ajaran samawi yang benar merupaka penyebab utama bagi timbul dan tumbuhnya penyakit hati. Hati yang sudah terjangkit penyakit maka ia akan sulit menerima masukan, saran, serta hidayahpun tidak hinggap pada hati yang sakit atau bahkan yang mati. Sehingga apa yang disarankan kepada dirinya segalanya menjadi fitnah atau musibah baginya.[3]
Adapun akibat dari terjangkitnya penyakit dalam hati akan menimbulkan buruknya moral dalam diri seseorang yang sakit hatinya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT surat Al-Ahzab ayat 32 sebagai berikut:
... فَيَطْمَعَ الَّذِيْ فِي قَلْبِه مَرَضٌ وَّقَلْنَ قَولاً مَعْرُوفاً
Artinya:
 “… sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya”.
Maksud dari “ada penyakit dalam hatinya” adalah orang yang mempunyai niat berbuat serong dengan perempuan, seperti melakukan zina.[4] Jadi sakitnya hati akibat menyepelekan hal syubhat dan tidak bisa mengontrol syahwatnya atau kebodohan serta kejahilannya akan menimbulkan buruknya moral yakni melanggar asusila serta hukum agama, misalnya berbuat zina, mencuri, merampok, menyuap, korupsi, dan lain sebagainya.

     C.    Macam-Macam Penyakit Hati Dan Penyakit Moral Perspektif Al-Quran, antara lain:
1.         Dendam kepada orang lain
أَمْ حَسِبَ الَّذِيْنَ فّى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ أَن لَّنْ يُخْرِجَ اللهُ أَضْغَنَهُم
Artinya:
“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit hati dalam hati mereka mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan rasa dendam mereka?” (Muhammad:29)
        Dalam al-Qur’an surat Muhammad ayat 29 sifat dendam itu akan ditampakkan oleh Allah ketika seseorang sudah terjangkit penyakit ini, karena sifat dendam adalah penyakit hati yang sangat mempengaruhi mental atau kejiwaan seseorang, dan untuk mengusuir atau menghilangkan sangat sulit. Hati yang terkena penyakit dendam maka ia mempunyai perasaan tidak tenang dan gelisah dan merugikan diri sendiri serta orang lain.     
2.         Dengki (hasad)
وَدَّكَثِيرَ مِنْ أَهْلِ الكِتَبِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعدِ إِيمَنِكُم كُفَّارًا حَسَدًا مِّن عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُمُ الحَقُّ.
Artinya:
”sebagian ahli kitab itu mengiginkan untuk mngembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman karena rasa dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah sesuatu kebenaran bagi mereka”. (Al-Baqarah : 109)
 Dengki atau hasad ialah sifat atau sikap tidak senang melihat orang lain mendapatkan kenikmatan, kebaikan dan kedamaian dengan berupaya melakukan kejahatan kepadanya agar kenikmatan, kebaikan dan kedamaian itu berpindah kepada dirinya, dan ia merasa senang apabila orang yang dirampas kebahagiaannya itu menderita. [5]
 Dengki itu ada dua macam. Pertama adalah benci pada kenikmatan yang diperoleh orang lan secara mutlak, dan ini sifat dengki yang sangat berbahaya. Dengkin yang kedua adalah sifat membenci kelebihan yang dimiliki seseorang dan sangat menginginkan menjadi seseorang atau bahkan melebihinya.
3.         Takabur (sombong atau angkuh)
Penyakit ini telah diisyaratkan di dalam ayat al-Quran surat luqman ayat 18
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِنَاسِ وَلَا تَمسِ فِى الاَرْضِ مَرَحاً, اِنَّ اللهَ لَا يُحِبُّ كُلُّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
Artinya:
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena  sombong)dan janganlah berjalan diatas muka bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang sombong dan membanggakan diri.
 Takabur adalah sikap menyombongkan diri karena merasa dirinya mempunyai banyak kelebihan dan menganggap orang lain banyak mempunyai kekurangan. Keangkuhan dan kesombongan adalah penyakit yang tidak disenangi oleh Allah sekaligus merusak diri sendiri dan orang lain, karena biasanya sering menyertai sifat kezaliman. Allah telah mengharamkan kezaliman atas diri-Nya dan hamba – hamba-Nya. [6]
4.         Riya
 وَلَا بِاليَومِ الاخِرِ وَ الَّذينَ يُنْفِقُونَ اَمْوَالَّهُم رِئَاءَ النَّاسِ وّلَا يُؤْمِنُونَ بِا للهِ
Artinya:
“dan (juga) orang-orang yang mengingfakkan hartanya karena riya’ kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji), dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari akhir….” (An-Nisa’:38)
 Kata riya’ berasal dari kata ru’yah yang berarti penglihatan manusia. Sesuatu itu akan disebut riya’, bila ingin dilihat oleh orang. Riya’ adalah sikap atau perilaku yang suka menonjolkan diri untuk mendapat pujian, yaitu memamerkan dirinya sebagai orang yang taat dan kepada Allah dengan melakukan serangkaian ibadah, tetapi karena mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain bukan karna ketulusan dan keikhlasan.[7]
5.         Buruk sangka (su’uzhzhan)
يَاَيُّهَالَّذِينَ امَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ, اِنَّ بَعْضَ الظَنِّ اثْمٌ
Artinya:
“wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa” (Qs. Al-Hujurat: 12)
 Buruk sangka (su’uzhzhan) ialah sikap yang selalu curiga atau berpendapat negatif kepada sesuatu masalah atau kondisi. Jika terjadi sesuatu masalah atau peristiwa, hal itu selalu disandarkan kepada sebab musabab yang tidak baik.
6.         Dusta (kadzib)
اِنَّ اللهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كَذِبٌ كَفَّارٌ
Artinya:
“Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang-orang yang sangat ingkar” (Qs. Az- Zumar:3)
 Dusta adalah sikap atau sifat yang suka berbicara tidak benar dari kenyataan, apapun yang dikatakan hanya berupa kebohongan, yang bertujuan ingin dengan sengaja menyebar fitnah dan berita dusta kepada orang lain. Bahkan pendusta yang paling berat adalah orang yang terang-terangan mendustakan ayat-ayat atau hukum Allah.        
7.         Lalai
وَلَا تَكُونُواكَالَّذِينَ نَسُوااللهَ فَأَنْسَهُم اَنْفُسَهُمْ, اُولئِكَ هُمُ الفسِقُونَ
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendri. Mereka itulah orang-orang fasik.”  (Qs. Al-Hasyr: 19)
 Apabila seseorang telah melupakan Allah, melupakan perintahNya yang harus dilaksanakan, melupakan laranganNya yang harus ditinggalkan, maka Allah akan memberikan hukuman dan siksa dengan dua macam, yaitu:
a.    Allah akan melupakannya, artinya Allah tidak akan memberikan pertolongan untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dunia, bahkan terombang-ambing dalam kesesatan dan kehinaan.
b.    Allah akan menjadikan lupa pada dirinya sendiri, artinya tidak dapat menemukan hakikat dirinya, citra dan jati dirinya. Ia tidak sadar bahwa setiap apa yang dikerjakannya merupakan perbuatan dosa dan tercela. Bahkan, yang paling fatal adalah ia tidak mengetahui bahwa dirinya tidak tahu, bodoh, hatinya penuh penyakit-penyakit batin, bahkan ia tidak senang atas keberadaannya.[8]
8.         Kikir (bakhil)
Dalam ayat al-Quran mengisyaratkan penyakit bakhil yakni pada surat Al-Isra’ayat 100
وَكَانَ الِانْسَانُ قَتُورًا
Artinya: “Dan manusia itu memang sangat kikir.”
 Kebanyakan tanda-tanda orang bakhil adalah orang yang suka makan dan minum serta tergantung pada sesuatu yang cepat hilang. Akibat terburuk yang dialami oleh orang kikir adalah  penyakit takut mati yang dialami oleh kebanyakan hati manusia. Dan sifat kikir ini lebih cenderung tidak mau bersedekah untuk orang yang membutuhkan karna menurutnya bersedekah akan mengurangi hartanya serta akan bisa membuatnya menjadi miskin. Hal ini bertolak belakang dengan ajaran islam untuk berzakat dan bersedekah kepada saudara dan kerabat dekat serta orang – orang miskin.[9]
9.         Hilang perasaan malu
أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّاللهَ يَرَى
“bukanlah ia mengetahui bahwasannya Allah melihat segala apa yang diperbuat” (Al-Alaq:14)
 Al-Jurjani mengatakan bahwa perasaan malu itu ialah perasaan tertekannya jiwa dari sesuatu, dan ingin meninggalkan sesuatu itu secara berhati-hati, karna di dalamnya ada sesuatu yang tercela. Dan malu terbagi menjadi dua:
a.    Yang bersifat kejiwaan, seperti: Malu terbuka aurat dan bersetubuh di depan orang lain.
b.     Yang bersifat keimanan, seperti: Seorang mukmin meninggalkan maksiat karena takut kepada Allah.

     D.    Cara Mengatasi Problema Yang Dihadapi Oleh Setiap Manusia Mengenai Penyakit Hati Dan Penyakit Moral
1)   Setiap insan yang pernah terjangkit baik penyakit hati maupun moral untuk mengatasi permasalahan ini ia harus bertaubat terlebih dahulu. Taubat meminta ampun kepada Allah dengan penyesalan dan tidak akan mengulangi perbuatan – perbuatan yang membuat tumbuh suburnya penyakit-penyakit hati, selanjutnya menghentikan dosa dan bertekad kuat untuk tidak melakukannya.
2)   Untuk mengatasi problema tentang penyakit hati dan moral dengan cara mengganti setiap perkara yang buruk dengan kebaikan- kebaikan, antara lain:
1.    Mengganti sikap pendendam dengan pemaaf, memaafkan kesalahan orang lain dan meminta maaf jika melakukan kesalahan kepada orang lain salah satu cara untuk mengobati penyakit hati dan moral.
2.    Mengganti sikap takabur (sombong dan angkuh) dengan sikap rendah hati, tidak membanggakan diri sendiri dan mencoba untuk tidak merendahkan orang lain.
3.    Riya’ atau sikap yang selalu memamerkan sesuatu kepada manusia, sikap ini sangat tercela karna bagian dari syirik kecil. Sikap riya’ ini harus diganti dengan sikap ikhlas. Ikhlas dalam melalukan hal ibadah dan semata-mata hanya untuk Allah, serta menganggap pujian dan celaan adalah hal yang sama. Meniatkan setiap apa yang kita lakukan hanya untuk Allah dan mengharap Ridho Allah.
4.    Buruk sangka mengakibatkan hal yang fatal bagi yang berburuk sangka dan yang diburuk sangkakan. Karna hal itu sikap selalu berburuk sangka kepada orang lain diubah dengan sikap yang selalu berprasangka baik. Berprasangka baik itu tidak hanya kepada manusia tetapi juga kepada Allah. Berbaik sangka akan memperbaiki hati (menyehatkan hati). Berbaik sangka setiap apa yang ditakdirkan kepada kita hambaNya bahwa setiap kejadian ada hikmah yang bermanfaat pada kita. Berbaik sangka kepada sesama saudara akan dijamin oleh Allah surga. [10]
5.    Al-Quran merupakan obat penawar atas segala penyakit yang ada dalam dada manusia dan juga bagi siapa yang di dalam hatinya ada penyakit yang merusak pengetahuan, pandangan hidup, dan merusak daya imajinasinya sehingga melihat sesuatau dengan sebaliknya. Kata hikmah dan nasihat-nasihat yang baik bermanfaat untuk mendorong dan memberikan semangat kerja, begitu juga dengan kisah-kisah yang mendatangkan perumpumaan yang semuanya itu merupakan penawar hati dan menjadikan hati sehat.[11] Sebagaimana dalam firman Allah surat Al-Isra’ ayat  82
وَنُنَزِّلُ مِنَ القُرْانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ...

“Dan Kami menurunkan al-Quran suau yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ...
Dan surat yunus ayat 57 yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

     E.     Analisis
Menurut pendapat pemakalah memang benar setiap manusia yang memiliki hati pasti mempunyai penyakit hati, karna setiap manusia diciptakan untuk bertaubat dan menyembah Allah. Hal ini jika seseorang didalam hatinya berbuat serong otomatis perilaku atau moralnya serong juga. Hati merupakan pengendali dari setiap fikiran dan tindak perilaku, dan tak jarang orang yang berpenyakit hati misalnya tidak suka dengan seseorang maka hati akan menggerakkan anggota tubuh untuk memperlihatkan ketidaksukaannya baik disadari maupun tidak disadari.
Adapun penyakit hati dan moral yang sering diderita oleh kebanyakan orang menurut pemakalah adalah perasaaan dengki, iri , sombong, bahkan riya’ terhadap semua apa yang diperbuatnya baik dalam muamalah dengan sesama manusia maupun saat bermuamalah kepada Allah. Bahkan, tak jarang membanggakan amal ibadahnya yang sudah dilakukan yakni sikap ujub. Padahal apapun yang kita lakukan sebagai umat akhir zaman pasti tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad , sahabat-sahabat beliau, tabi’in dan tabiut tabi’in serta ulama – ulama terdahulu.
Setiap penyakit pasti ada obatnya karna Allah menurunkan setiap obat untuk semua penyakit kecuali penyakit kematian. Dan sudah dipaparkan dalam pembahasan beberapa obat yang harus dilakukan seseorang untuk menghilangkan penyakit hati. Menurut pemakalah salah satu obat penawar penyakit yang ada dalam dada adalah memilih teman yang baik, mengikuti kajian – kajian keislaman yang menambah Iman sehingga lama kelamaan penyakit hati itu akan berkurang. Hati setiap harinya membutuhkan nutrisi seperti tubuh, dan nutrisi hati salah satunya pencerahan hati dan pencucian hati sehingga titik – titik hitam yang membadel menutupi hati dapat terhapus dan cahaya hidayah hinggap dalam hati serta menimbulkan perilaku dan moral yang baik atau akhlak yang mulia. Sebab, akhlak yang mulia lebih berharga dari pada emas.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Di dalam pembahasan dibahas tentang sebab penyakit hati dan moral, macam-macamnya serta menanggulanginya sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.    Penyebab terjangkitnya penyakit hati dalam diri manusia yang paling utama adalah kebodohan atau kejahilan. Karna bodoh seseorang tidak tau cara bermuamalah dengan baik antara sesema manusia dan kepada Allah. Sehingga orang-orang yang bodoh tidak dapat menetukan yang haq dan bathil. Selanjutnya faktor dari melakukan hal-hal yang syubhat syahwat yang selalu berdampingan yang menyebabkan penyakit hati subur hinggap dalam dada manusia. Dan akibatnya bagi moral adalah menimbulkan perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma-norma baik norma agama, hukum dan asusila. Kesemua itu karena hati yang berpenyakit yang memerintahkan untuk raga berbuat menyeleweng dari ketentuan.
2.    Macam-macam penyakit hati dan penyakit moral adalah orang yang selalu dengki dengan sesama, memiliki sifat pendendam, sombong dan angkuh, lalai kepada Allah, kikir (bakhil), serta tidak memiliki rasa malu
3.    Cara mengatasi problema yang dihadapi oleh setiap manusia mengenai penyakit hati dan penyakit moral dengan mendekat kepada Allah dengan cara bertaubat dan tidak mengulanginya lagi, sering-sering membaca al-Quran dan ceramah-ceramah untuk menyinari hati, memilih teman yang baik, serta mengganti setiap perilaku yang buruk dan menyimpang kepada perilaku yang baik sesuai dengan akhlaq al-Quran dan mentauladani Nabi Muhammad saw.


DAFTAR PUSTAKA

Adnan Syarif. 2002. Psikologi Qurani. Pustaka Hidayah: Bandung
Amru Khalid. 2007. Hati Sebening Mata Air. Aqwam Jembatan Ilmu: Solo.
Departemen Agama RI. Tt. Alhidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka.  Kalim: Banten.
Hamdani Bakran Adz-Dzaky. 2002.  Konseling & Psikoterapi Islam. Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta.
Syekh Ibnu Taimiyyah. 2004. Terapi Penyakit Hati. Gema Insani: Jakarta.






[1] Departemen Agama RI, tt, Alhidayah Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka,  Kalim: Banten, Hal. 243.

[2] Hamdani Bakran Adz-Dzaky, 2002,  Konseling & Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta, hal.47
[3] Syekh Ibnu Taimiyyah, 2004, Terapi Penyakit Hati, Gema Insani: Jakarta, Hal. 13-14.
[4] Departemen Agama RI, Op.Cit, Hal. 423
[5] Hamdani Bakran Adz-Dzaky, 2002,  Konseling & Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta, hal.342
[6] Adnan Syarif, 2002, Psikologi Qurani, Pustaka Hidayah: Bandung, Hal. 134
[7] Amru Khalid, 2007, Hati Sebening Mata Air, Aqwam Jembatan Ilmu: Solo, Hal. 39
[8] Hamdani Bakran Adz-Dzaky, 2002,  Konseling & Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta, hal.366
[9] Adnan Syarif, 2002, Psikologi Qurani, Pustaka Hidayah: Bandung, Hal. 130
[10] Amru Khalid, 2007, Hati Sebening Mata Air, Aqwam Jembatan Ilmu: Solo, Hal.57
[11] Syekh Ibnu Taimiyyah, 2004, Terapi Penyakit Hati, Gema Insani: Jakarta, Hal:15.

1 komentar:

  1. Your Affiliate Money Printing Machine is waiting -

    Plus, getting it running is as simple as 1 . 2 . 3!

    It's super easy how it works...

    STEP 1. Tell the system what affiliate products the system will advertise
    STEP 2. Add push button traffic (it LITERALLY takes JUST 2 minutes)
    STEP 3. Watch the affiliate system grow your list and sell your affiliate products for you!

    Do you want to start making profits??

    The solution is right here

    BalasHapus